Kurakhovo Jatuh, Perlawanan Ukraina di Donetsk Disebut Bakal Melemah
Kota Kurakhovo akhirnya jatuh dari militer Ukraina. Rusia mengklaim telah menguasai sepenuhnya pada Senin (6/1/2025).
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Kota Kurakhovo akhirnya jatuh dari militer Ukraina. Rusia mengklaim telah menguasai sepenuhnya pada Senin (6/1/2025).
Times Now World mengabarkan, kota di barat daya Donetsk, Ukraina timur tersebut telah hancur lebur dibombardir oleh pasukan Kremlin.
Media tersebut dalam video Youtube-nya menyebutkan tak ada satu pun gedung yang masih utuh, semuanya telah hancur.
Baca juga: Situasi Pokrovsk dan Kurakhovo Makin Kritis, Perlawanan Disebut Makin Lemah
Kurakhovo adalah daerah industri dan lokasi pembangkit tenaga termal yang sebelumnya mampu menerangi wilayah sekitarnya. Namun kini telah hancur lebur.
Diperkirakan dalam pertempuran sejak pengepungan oleh Rusia pada September 2024 lalu, sebanyak 12.000 dari 15.000 pasukan Ukraina termasuk pasukan khususnya tereliminasi.
"Per harinya pada beberapa pekan menjelang kota dikuasai, sebanyak 150 hingga 180 tentara Ukraina tereliminasi," demikian sebut Youtube tersebut.
Ukraina kalah di Kurakhovo karena menyisakan prajurit-prajurit yang kelelahan akut dan kurang senjata. Padahal Rusia menggunakan senjata yang lengkap dibantu oleh rudal, drone dan bom luncur berpemandu yang sangat mematikan.
Informasi publik Rusia mengumumkan bahwa pasukan mereka telah menancapkan bendera di pinggiran barat Kurakhovo. Mereka menerbitkan rekaman yang diberi tag geografis.
Meski jatuhnya Kurakhovo ini belum dikonfirmasi oleh pihak Ukraina, namun di informasi publik Ukraina, Deep State, memperlihatkan peta lokasi terakhir pasukan Kiev yang belum jelas.
Peta Deep State menunjukkan bahwa Kurakhovo hampir seluruhnya berada di bawah kendali Rusia, dengan hanya sebagian kecil wilayah di zona abu-abu.
Seorang tentara Ukraina dengan tanda panggilan Muchnoy, dikutip dari Strana menulis bahwa Rusia telah "menerobos" pinggiran barat Kurakhovo dan membersihkan dacha di selatan kota. Artinya, menurut tentara tersebut, kota tersebut telah direbut oleh Rusia.
Menurutnya, Kurakhovo praktis hilang bahkan menurut peta Ukraina saat ini. Dan dalam waktu dekat, kota itu mungkin jatuh sepenuhnya.
Baca juga: Situasi Pokrovsk dan Kurakhovo Makin Kritis, Perlawanan Disebut Makin Lemah
ia menjelaskan, Kurakhovo pada dasarnya adalah kota terakhir yang dikuasai Angkatan Bersenjata Ukraina di barat daya Oblast Donetsk. Sekarang, hanya ada satu daerah berbenteng besar yang tersisa di sana, berdasarkan pembangunan perkotaan - Velyka Novosyolka (menurut statusnya - pemukiman tipe perkotaan).
Seperti Velyka Novosyolka, Kurakhovo secara geografis merupakan "gerbang" ke wilayah tetangga Zaporizhia. Dari sana, jalan raya langsung mengarah ke Zaporizhia, dan tidak ada pemukiman besar lainnya di sepanjang jalan itu hingga perbatasan wilayah Donetsk.
Jatuhnya Kurakhovo ini menjadi pukulan telak bagi Ukraina. Pasalnya kota ini menjadi lokasi distribusi logistik dan rotasi militer Ukraina di Donetsk selain Pokrovsk.
Sementara Pokrovsk telah terkepung oleh Rusia dan meninggalkan sejumlah pasukan yang hanya bisa bertahan, namun tidak bisa mengendalikan rotasi dan distribusi militer ke wilayah Donetsk, maka perlawanan di Donetsk bakal semakin melemah, jelasnya.
Ukraina telah membangun benteng pertahanan Kurakhovo selama 10 tahun terakhir.
"Selama sepuluh tahun, rezim Kiev mengubahnya menjadi daerah pertahanan yang kuat dengan jaringan posisi penembakan permanen dan komunikasi bawah tanah yang dikembangkan," kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Tentara Ukraina telah mengumpulkan lebih dari 15.000 tentara di Kurakhovo, termasuk unit elit, formasi nasionalis, dan tentara bayaran asing.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, unit-unit Rusia kini memiliki lebih banyak ruang untuk bermanuver setelah merebut Kurakhovo yang membantu meningkatkan laju pembebasan Republik Rakyat Donetsk (DPR), kata Kementerian Pertahanan Rusia.
"Setelah pembebasan Kurakhovo, pasukan Rusia telah keluar dari pangkalan. Ini akan membantu meningkatkan laju pembebasan Republik Rakyat Donetsk," tulis Kemenhan Rusia dikutip dari TASS.
Jatuhnya kota ini menurut militer RUsia, secara substansial menghambat dukungan layanan tempur bagi angkatan bersenjata Ukraina, kata Kementerian Pertahanan Rusia.
"Pengambilalihan kendali atas pusat logistik penting ini telah secara signifikan menghambat dukungan layanan tempur bagi kelompok militer Ukraina di wilayah Donetsk, sehingga rezim Kiev kehilangan kesempatan untuk menggunakan sistem artileri guna menembaki warga sipil di kota Donetsk, ibu kota DPR," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Bahkan dari Kurakhovo, Rusia diperkirakan bisa membangun kekuatan untuk menyerang oblast (provinsi) di sebelah selatan Donetsk yaitu Zaporizhye yang jaraknya hanya 40 kilometer.
Di Zaporizhye, Ukraina mengandalkan desa-desa kecil dan medan yang akan lebih mudah direbut atau dilewati Rusia daripada kota besar dengan zona industri besar, yang akan menunda kemajuan musuh selama berbulan-bulan.
Strana menuliskan juga, pergerakan menuju Zaporizhye sangat berbahaya karena akan memungkinkan Rusia mencapai bagian belakang benteng Angkatan Bersenjata Ukraina, yang dibangun untuk menangkis serangan dari selatan.
Dan, bahkan jika benteng telah dibangun untuk menangkis serangan dari timur, akan lebih sulit untuk menahannya jika terjadi serangan serentak dari selatan. Dan juga dalam kondisi penurunan kepadatan pembangunan perkotaan, yang di wilayah Zaporizhia tidak sama dengan di Donbas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.