Agar Memasuki Masa Pensiun Tak Alami Post Power Syndrome
Banyak orang merasa terpuruk di masa pensiun, mengalami post power syndrom dan merasa hidupnya tak berguna. Solusinya?
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Bekerja rasanya sudah menjadi kewajiban seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Namun, psikolog Rosdiana Setyaningrum menyarankan ada baiknya pekerjaan dipahami lebih dari sekedar kewajiban.
"Kita harus memaknai pekerjaan itu. Memaknai jika pekerjaan kita memberi dampak yang besar bagi orang di sekitar," ujarnya kepada TRIBUNnews.com usai peluncuran kampanye "Rexona Do:More Women", Selasa (23/4/2013).
Rosdiana khawatir jika ini terlewatkan, orang itu akan mengalami post power syndrome di usia senjanya. Puncaknya, orang itu akan merasa hidupnya tidak bermanfaat lagi.
"Ini karena ia melihat pekerjaannya hanya sebagai power. Begitu power itu hilang, mereka bertanya tentang keberadaannya," ujarnya.
Pandangan berbeda akan dialami oleh mereka yang betul-betul memaknai pekerjaan sebagai sesuatu yang bermakna bagi orang lain.
Perempuan yang telah menjalani profesi psikolog sekitar 12 tahun itu mencontohkan mantan direktur yang ambil andil dalam pengembangan karyawannya.
"Lalu setelah masa pensiun, ia melihat karyawannya berhasil meraih posisi tinggi. Mantan direktur ini akan melihat hidupnya lebih berarti karena memberi dampak untuk orang banyak. Ia lebih bijak dalam memahami hidup," katanya.