Asbes Bisa Merenggut Nyawa
Praktis, semua rumah dan gedung, memakai bahan bangunan yang berisi asbes.
TRIBUNNEWS.COM - Dengan kemampuan menahan panas dan api yang sangat kuat, asbes sudah lama menjadi salah satu bahan isolasi suhu yang paling banyak dipakai.
Praktis, semua rumah dan gedung, memakai bahan bangunan yang berisi asbes. Ada tiga jenis asbes yang dikenal berdasarkan panjang seratnya.
Asbes krisotil, yang diedarkan sebagai asbes putih. Asbes krosidolit, yang terkenal sebagai asbes biru, dan asbes amosit yang dikenal sebagai asbes cokelat.
Asbes biru dan cokelat sebenarnya punya serat yang lebih baik daripada asbes putih. Tapi, keduanya dianggap lebih berbahaya daripada asbes putih. Kini diketahui, asbes putih pun sama berbahayanya.
Penyakit yang ditimbulkan asbes tidak kentara. Dari sejumlah orang yang bekerja di pabrik pembuat peralatan yang memakai asbes selama 15 tahun, baru satu orang yang sekarat.
Inilah yang menyulitkan para pakar dan pejabat Dinas Kesehatan, untuk menyatakan bahwa asbes berbahaya.
Orang yang terpapar asbes tidak teraturlah yang punya risiko paling besar. Bahaya terbesar timbul ketika asbes yang sudah tua, dibongkar atau disingkirkan untuk diganti dengan yang baru.
Pekerja yang melakukan tugas pembongkaran, berisiko lebih besar ketimbang mereka yang memasang asbes baru.
Asbes tua sudah rapuh dan lebih gampang hancur berhamburan sebagai serat halus dan debu, daripada asbes baru. Debu asbes kemudian terhirup pekerja yang tidak melindungi hidungnya dengan masker pencegah debu.
Peristiwa yang sering terjadi, saat eternit di langit-langit rumah yang tua ,dibongkar untuk diganti yang baru.
Dari Paru-paru Hingga Tumor
Serat asbes yang dihirup akan menyebabkan penyakit paru-paru asebestosis. Serat asbes merangsang paru-paru dan menetap di antara pleura (membran tipis yang membungkus paru-paru), dan dinding bagian dalam rongga dada.
Serat itu tinggal selama beberapa tahun. Lama-lama, jaringan paru-paru yang terkena akan bereaksi, sampai menebal dan menegang. Paru-paru tidak mampu mengembang dengan baik, sebagaimana mestinya untuk bernapas.
Gejala utama yang mula-mula tampak ialah sesak napas, ketika orang yang bersangkutan mengawali pernapasan dengan menghirup udara dalam-dalam. Tapi, gejala itu kemudian meningkat menjadi keluhan sulit bernapas.