Sampah dan Toilet Jorok Masih Menjadi Masalah di Posko Pengungsian
Pengendalian sampah dan perilaku jorok pengungsi masih menjadi kendala kebersihan di sejumlah posko pengungsian banjir di Jakarta.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Pengendalian sampah dan perilaku jorok pengungsi masih menjadi kendala kebersihan di sejumlah posko pengungsian banjir di Jakarta.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta dr. Dien Ernawati, M.Kes., mengungkapkan hal tersebut saat ditemui Tribunnews.com usai peluncuran kampanye Wipol Aksi Anti Kuman di Prive, FX, Jumat (24/1/2014).
"Satu sampah. Pengendalian sampah memang tak mudah karena masih banyak pengungsi yang membuang sampah sembarang," ujar Dien.
Masalah lainnya adalah perilaku pengungsi dalam menjaga kebersihan kamar mandi umum. Menurutnya, masalah tersebut memang tak lepas dari kurangnya pasokan air bersih.
"Usai buang kotaran, masyarakat tak bisa membersihkannya karena kekurangan air. Kotoran di wc akhirnya tak tertangani dengan baik," ujarnya.
Apabila dibiarkan, katanya, pengungsi berisiko terserang penyakit akibat terpapar kuman dan bakteri jahat. Apalagi kondisi cuaca yang lembab menyebabkan kuman mudah berkembang. Penyakit yang dimaksud antara lain tifus, leptospirosis, Ispa (infeksi saluran pernafasan akut), diare serta penyakit-penyakit kulit.
Sebagai penanganannya, Pemprov DKI melakukan penyuluhan dan gerakan bersih-bersih. Untuk ketersediaan peralatan pembersih, seperti desinfektan, Pemprov DKI bekerja sama dengan beberapa pihak.
"APBD DKI 2014 kan baru disahkan beberapa waktu lalu, artinya kami belum punya dana. Namun kami dibantu Menteri Kesehatan, perusahaan swasta, beberapa NGO, dan masyarakat," katanya.
Ia mengungkapkan, sejauh ini ketersedian peralatan tersebut masih mencukupi.
Kebersihan makanan pengungsi juga mendapat perhatian serius dari Dinas Kesehatan Pemprov DKI.
"Kami menurunkan laboratorium kesehatan daerah untuk mengontrol sampel makanan dan minuman, baik itu yang berasal dari dapur umum atau bantuan masyarakat," terangnya.
Dengan tes tersebut, diharapkan masyarakat mendapatkan makanan yang layak. Artinya bebas dari racun dan tidak basi. Sejauh ini, Dien mengklaim belum ada kasus keracunan makanan yang dialami para pengungsi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.