Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ini Prosesnya Mengapa Mi Instan Jadi Penyebab Obesitas

Dari komposisinya, penyusun utama mie instan berasal dari tepung yang sangat mudah diserap oleh tubuh. Jika kalori yang menumpuk berlebihan

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ini Prosesnya Mengapa Mi Instan Jadi Penyebab Obesitas
net

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muslimah

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Saat belanja ke supermarket, ada satu produk makanan yang seringkali menjadi tujuan. Mie instan.

Produk ini memang memiliki kelebihan karena cara penyajian yang praktis. Cukup dimasak atau kadang hanya direndam air panas sekitar tiga menit, tambahkan bumbu siap pakai, jadilah. Rasanya nikmat dan gurih.

Namun mie instan tetap saja kurang tidak cocok dengan budaya makan di Indonesia? "Iya, karena orang Indonesia kan kalau belum ketemu nasi ya namanya belum makan. Baru camilan saja," ujar dr Niken Puruhita Med Sc Sp GK.

Sementara dalam sebungkus mie instan menurut dokter yang bertugas di SMC RS Telogorejo Semarang, RSUP Kariadi serta dosen pada Fakultas Kedokteran Undip ini, kalori yang terkandung mencapai 350.

Sebagai perbandingan, jumlah tersebut sama dengan tujuh buah pisang ukuran sedang atau sekitar empat lembar roti tawar kupas. Jika dibandingkan dengan nasi, 350 kalori berarti 5-6 sendok makan nasi plus sayur dan lauknya.

Dalam satu hari, orang dewasa yang aktif bekerja rata-rata membutuhkan kalori sebanyak 1.500. Dengan demikian jika setelah mengkonsumsi mie instan mereka masih makan nasi beserta lauk pauknya, belum lagi snack atau camilan lain, maka kalori pun akan menumpuk.

Berita Rekomendasi

Dilihat dari komposisinya, penyusun utama mie instan berasal dari tepung yang sangat mudah diserap oleh tubuh. Jika kalori yang menumpuk berlebihan, selanjutnya oleh tubuh akan diproses menjadi lemak. Maka tak heran jika mie instan ikut menyumbang terjadinya obesitas.

Banyak berita beredar mengenai bahaya mie instan. Sebagai misal menyebabkan usus lengket, mengandung lilin dan lain sebagainya. Sejauh ini dr Niken mengatakan belum menemukan penelitian yang khusus membahas masalah tersebut.

Namun melihat dari sisi banyaknya kalori saja, apalagi jika tidak diimbangi kegiatan fisik yang cukup, sebaiknya memang menghindari bahan makanan ini. Bagaimana pun makanan yang segar tetap lebih bagus.

Tags:
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas