Biaya Cangkok Hati Tak Sampai Rp 1,2 Miliar
Kementerian Kesehatan mempertanyakan informasi yang menyebutkan untuk transplantasi hati yang harus dilakukan Ryuji Kaizan membutuhkan biaya Rp 1,2 M.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mempertanyakan informasi yang menyebutkan untuk transplantasi hati yang harus dilakukan Ryuji Kaizan yang diduga terkena Atresia Bilier membutuhkan biaya Rp 1,2 miliar.
Lebih mengherankan jika disebutkan BPJS Kesehatan hanya akan membayarkan Rp 250 hingga Rp 300 juta untuk pasien.
"Darimana mendapatkan angka Rp 1,2 miliar. Padahal kalau benar terkena penyakit itu dan harus ditransplantasi biayanya sekitar Rp 800 juta," kata Direktur Jenderal BUK Akmal Taher di Kementerian Kesehatan, Rabu (11/2/2015).
Apalagi, anaknya sudah dimasukkan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), orangtuanya sudah tidak mempunyai kewajiban membayar pengobatannya.
"Rumah sakit tidak ada urusannya mengenai masalah biayanya. RSCM harus melakukan tindakan medis yang diperlukan
pasien. RSCM menyatakan tidak pernah merasa keberatan," katanya.
Kalau memang harus dilakukan transplantasi hati, sebelum ada JKN, RSCM pernah melakukannya. Bahkan semua biayanya
ditanggung oleh RSCM.
Terkait tanggungan BPJS yang hanya memberikan bantuan Rp 250 hingga Rp 300 juta, Akmal Taher menyebutkan uang yang diberikan BPJS Kesehatan ke RSCM bukanlah kasus per kasus.
"Saya juga heran dengan informasi angka itu. Siapa yang memberikan informasi. Kami ingin tahu. Pemberian bantuan ke rumah sakit adalah paket bukan kasus per kasus," katanya.
Ryuji Kaizan, bayi yang diduga menderita Atresia Bilier atau gangguan fungsi hati itu harus bersabar untuk menunggu proses operasi transplantasi hati yang urung dilakukan, lantaran biaya operasi yang mencapai Rp 1,2 miliar lebih.
Belakangan pihak RSCM mengaku belum bisa memastikan apakah yang bersangkutan menderita gangguan fungsi hati mengingat belum dilakukan bioksi atau pemeriksaan jantungnya.
Bioksi belum bisa dilakukan karena kondisi bayi yang masih kekurangan nutrisi sehingga riskan jika dilakukan pembedahan. Juga masih ada cairan air dalam perut yang harus dikeluarkan. (Eko Sutriyanto)