Mengapa ASI Tidak Keluar di Hari-hari Pertama Menyusui?
Tidak sedikit ibu baru mengambil kesimpulan sendiri kalau Air Susu Ibu (ASI)nya tidak keluar di hari pertama menyusui.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak sedikit ibu baru mengambil kesimpulan sendiri kalau Air Susu Ibu (ASI)nya tidak keluar di hari pertama menyusui.
Benarkah demikian? Yuk simak penjelasan dr. Annisa Satriana, Konselor Laktasi dari Klinik Laktasi Eka Hospital BSD.
Dalam tulisannya yang dikutip Tribunnews.com dari Tabloid Nakita, Annisa menjelaskan, setiap ibu pasti dianjurkan untuk segera menyusui tak lama setelah bayinya lahir, melalui inisiasi menyusu dini (IMD).
Dalam proses ini, ada bayi yang berhasil menemukan puting ibunya dan langsung mengisap ASI, namun ada juga yang hanya terlelap di dada sang ibu tanpa menyusu sama sekali.
Terkadang, ibu yang bayinya tidak menemukan puting saat IMD menganggap hal ini sebagai pertanda bahwa ASI-nya tidak keluar.
Apalagi bila pada percobaan menyusui selanjutnya, beberapa jam usai persalinan, bayi tetap memperlihatkan tanda-tanda enggan menyusu.
Meski sudah didekatkan pada puting, bayi tak mau membuka mulutnya atau mulut bayi sudah mengatup puting namun tak lama kemudian dilepaskan.
Bayi yang tak mau menyusu di hari-hari pertama kelahirannya ini dapat menimbulkan kesan yang kurang baik bagi ibu maupun bayi.
Banyak ibu yang kemudian menjadi khawatir bayinya tidak mendapat cukup minum sehingga berpikir untuk memberikan asupan pengganti seperti sufor.
Annisa mengatakan pembentukan ASI sudah berlangsung sejak usia kandungan mencapai 20 minggu. Hormon yang berpengaruh dalam pembentukan ASI ada dua, yakni prolaktin dan oksitosin.
Yang bertugas memproduksi ASI adalah prolaktin. Selama bayi masih di dalam kandungan, hormon progesteron menahan prolaktin untuk memproduksi ASI.
Setelah bayi dan plasenta lahir, aktivitas progesteron―yang berasal dari plasenta―menurun drastis. Akibatnya, prolaktin menjadi lebih leluasa dalam memproduksi ASI. Di tahap ini, hormon oksitosin mulai turut bekerja.
Nah, untuk memperbanyak oksitosin dan meredam progesteron, kita harus sering-sering menyusui bayi.
Semakin sering bayi mengisap puting, dengan posisi dan pelekatan yang benar, maka oksitosin yang juga disebut dengan “hormon cinta” akan membanjiri tubuh kita. Payudara pun akan terus-menerus mendapat rangsangan untuk memproduksi ASI.