Risiko Kesehatan Jika Menggunakan Obat Kedaluwarsa dan Kosmetik Palsu
Ia menjualnya melalui situs jual beli elevania.com dan secara langsung ke Pasar Asemka.
Editor: Choirul Arifin
Dewi satu suara dengan polisi yang menduga adanya kemungkinan keterlibatan oknum distributor atau bahkan pabrik obat.
Obat yang disita dari M jumlahnya sangat banyak meliputi 1.963 strip obat kedaluwarsa, 122 strip obat kedaluwarsa yang diganti tanggalnya, 49 botol obat cair, dan 24 karung obat kedaluwarsa berisi ribuan butir.
"Obat itu kan racun, kalau tidak tepat penggunaannya," kata Dewi.
Selain obat kedaluwarsa, polisi juga membongkar praktik produk kecantikan dan kosmetik oplosan.
Sebuah rumah di Perumahan STS, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dijadikan tempat produksi oleh AT (51), dengan 16 karyawan dan telah beroperasi sejak 2013.
AT terbukti telah memproduksi dan mengedarkan produk farmasi berupa paket kosmetik berupa paket kosmetik merk HN, Body lotion merk Drop dan Gluta Panacea, krim pemutih merk Wallet Super, toner pemutih badan dan bekas luka merk Apotik Ratu, minyak kemiri merk Kukui, minyak bulus merk Bulus Putih dan merk lain yang diduga tidak memiliki izin edar dari BPOM RI.
AT memproduksi produk kecantikan dengan merk yang dibuat sendiri maupun memalsukan merk populer.
Ia mengoplosnya dengan meracik bahan baku lotion, bubuk, cream, dan sabun yang dibelinya di Pasar Asemka, Jakarta Barat dalam jumlah besar.
Bahan-bahan ini lalu dimasukkan ke dalam wadah yang juga palsu, lalu ditempeli stiker, dan siap diedarkan.
Bahan-bahan untuk membuat kosmetik ini dapat ditemukan dengan mudah di Pasar Asemka, Jakarta Barat dalam bentuk bahan lotion dalam bentuk kantong plastik ukuran besar dengan berat 20 kg dengan harga Rp 1 juta.
Kepada polisi, AT mengaku sehari mampu memproduksi hingga 500 paket.
Ia menjualnya melalui situs jual beli elevania.com dan secara langsung ke Pasar Asemka. Sebulan, AT bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 30 juta.
"Kalau dipakai, kosmetik ini bisa bikin gatal-gatal, tergantung reaksi kulit masing-masing orang, bisa juga kanker kulit jika dipakai berkepanjangan," kata Dewi.
Dewi menyayangkan peredaran obat dan kosmetik di pasar yang menjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati berbelanja.