Ini Pentingnya Process Analytical Technology Dalam Industri Farmasi
WHO mendukung Kementerian Kesehatan Indonesia dalam mengembangkan Rencana Tindak Nasional terhadap AMR dengan menyelenggarakan analisa situasi.
Editor: Eko Sutriyanto
Berdasarkan analisa tersebut, WHO-SEARO mengajukan sebuah pendekatan bertahap fase demi fase untuk penerapan Rencana Tindak Dunia milik WHO atau WHO’s Global Action Plan – GAP-AMR dalam lima tahap.
Perhatian dalam hal
Baca: Kemenperin Susun Regulasi TKDN Sektor Farmasi
oleh perusahaan farmasi juga fokus pada salah satu pendorong utamanya yaitu polusi lingkungan tanpa henti yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur obat di negara berkembang.
"Di India dan Tiongkok, yang memproduksi banyak sekali antibiotik, peraturan mengenai pembuangan limbah tak diolah yang mengotori tanah dan sungai sangat lemah," katanya.
Hal ini menyebabkan penyebaran bahan-bahan antibiotik yang membuat bakteri menjadi imun terhadap antibiotik dan terciptalah superbug (bakteri yang tidak lagi bisa dikalahkan oleh antibiotik).
Valerio di Caprio, Global Strategy Director and Marketing Director, AMEA, DSP menyatakan sangat penting untuk terus menerus menyerukan betapa pentingnya penaatan peraturan oleh industri farmasi.
"DSP memperjuangkan aksi bersama, penyebaran pengetahuan dan koordinasi multi-sektoral,' katanya.
Bersama dengan 12 perusahaan farmasi besar, kata dia telah menanda-tangani RoadmapUNGA untuk mengembangkan perlawanan AMR dan berikrar untuk mengurangidampak kerusakan lingkungan dari pembuangan limbah manufaktur di tahun 2020.
Rajesh Salwan, Vice President, Global Operations and Technology, DSP, mengatakan investasi dalam riset yang inovatif harus dibarengi dengan menjawab dua tantangan utama tentang kemampuanmembeli dan kualitas.
"Kemajuan yang pesat telah dicapai oleh keseluruhanindustri dalam hal komitmen, tetapi yang penting adalah pelaksanaannya dalam agenda antibiotik yang berkelanjutan, yang dapat menangani superbug dalam realitas dunia sekarang dan di masa depan," katanya.