Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

107 Bayi yang Lahir Per Hari Alami Gangguan Jantung Bawaan

Penelitian di 2015 lalu menunjukkan, dari 40.000 bayi lahir hidup setiap tahunnya, 10 persen di antaranya dengan jantung bawaan.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in 107 Bayi yang Lahir Per Hari Alami Gangguan Jantung Bawaan
Shutterstock
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usia orangtua,  ibu sering mengonsumsi obat-obatan, campak jerman, rubella, diabetes mellitus, toxoplasmosis atau infeksi yang disebabkan oleh parasit toxoplasma yang berkembang biak pada kotoran kucing menyebabkan anak berisiko alami gangguan jantung bawaan.

Juga bisa disebabkan paparan sinar rontgen pada masa kehamilan, orangtua perokok, dan riwayat keluarga dengan PJB.

"Anak dengan jantung bawaan memiliki gejala, tumbuh kembang yang terganggu,seperti batuk, panas,cepat lelah, sianosis (kebiruan pada kulit), dan bising jantung,' kata  Prof. dr. Ganesja M. Harimurti, SpJP(K), selaku dokter spesialis jantung anak Siloam Heart Institute (SHI) di Jakarta belum lama ini.

Dikatakan Ganesja, penelitian di 2015 lalu menunjukkan, dari 40.000 bayi lahir hidup setiap tahunnya, 10 persen di antaranya dengan jantung bawaan.

"Dengan kata lain ada 4000 bayi lahir dengan jantung bawaan setiap tahun, 107 bayi per hari, atau 4-5 bayi per jam,' katanya.

Baca: Kaitan Kesehatan Gusi dengan Penyakit Jantung

Celakanya separuh dari bayi lahir dengan jantung bawaan tersebut tidak terdeteksi sejak awal yang menyebabkan 9 persen bayi tersebut meninggal pada bulan pertama setelah lahir sedangkan 50 persen memerlukan intervensi. 

Berita Rekomendasi

"Parahnya, hanya sedikit sekali rumah sakit yang bisa melakukan intervensi untuk jantung bawaan. Sebagian besar tindakan intervensi hanya bisa dilakukan di RS Jantung Harapan Kita Jakarta, RSCM, dan Siloam Hospitals," katanya.

Jenis kelainan PJB terbagi menjadi dua yaitu biru (kelainan struktur jantung kompleks) dan tidak biru (kelainan struktur jantung tunggal) dimana kedua kelainan ini memerlukan tindakan bedah.

"Deteksi PJB harus segera dilakukan sebelum komplikasi payah jantung, sianosis berat, dan tekanan di paru-paru meningkat,” jelas Dr. dr. Dicky Fakhri, SpB, SpBTKV(K) selaku dokter spesialis bedah jantung anak SHI.

dr Maizul Anwar SpBTKV selaku dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular dan ketua SHI menyatakan, alur pasien bedah jantung anak dimulai dari diagnostik, konferensi antara spesialis bedah jantung dan spesialis jantung.

"Kemudian persiapan operasi, penetapan jadwal operasi, operasi, perawatan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) pasca operasi, perawatan di kamar perawatan anak, pulang ke rumah, dan kontrol kembali ke poli jantung,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas