Bukan Penyakit, Tapi Mengapa Lihat Orang Menguap Bisa Ikut Tertular?
Menguap menular mungkin untuk membantu manusia mengkomunikasikan tingkat kewaspadaan mereka dan mengkoordinasikan tidur.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ketika mengantuk berat dan menguap selebar-lebarnya rasanya benar-benar melegakan.
Setidaknya, badan seperti jadi lebih segar, meskipun tidak lama.
Menguap adalah fenomena universal yang tidak memiliki batas.
Ahli menguap Robert Provine mengatakan, menguap sebenarnya merupakan respons kuno dan otomatis.
Apa yang biasanya memicu menguap?
Sementara kantuk dan kebosanan ada dalam urutan tinggi. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bagaimana kita memiliki apa yang disebut "jendela termal" untuk menguap.
Secara sederhana, tubuh mungkin menguap untuk mengatur suhu otak.
Ini bisa menjelaskan mengapa kita menguap saat sudah hampir waktunya tidur, atau saat kita bangun di pagi hari.
Baca: Biasa Sangat Aktif, Tulus Pun Lemas! Kini Tubuhnya Demam dan Pusing, Ternyata Penyakit Ini Menyerang
Apa yang kita tahu tentang menguap menular itu terbukti pada sekitar 60-70% individu.
Dan ini tampaknya terjadi pada kebanyakan orang pada ukuran pemahaman empati.
Pemindaian FMRI pada sejumlah orang telah menunjukkan bahwa bagian otak lainnya juga "menyala" dalam menanggapi foto menguap, daripada area yang biasanya dikaitkan dengan empati.
Teori lain mengungkapkan, menguap menular mungkin untuk membantu manusia mengkomunikasikan tingkat kewaspadaan mereka dan mengkoordinasikan tidur.
Jika satu orang memutuskan sudah waktunya untuk tidur, mereka lingkungan anak ikut mendukung dengan mengatakan setuju. Caranya dengan ikut menguap.
Karena menguap dianggap berkaitan dengan kapasitas kita untuk berempati, Moms mungkin berpikir menguap hanya menular bagi manusia.
Ternyata tidak. Periset di Universitas Kyoto di Jepang menemukan simpanse juga mengalami menguap dan menular!
Sekarang berapa banyak dari Moms yang membaca ini tanpa menguap? Oups.. eng ing eng.. yuk istirahatkan sejenak diri kita.