Kata dr Kristoforus Hendra Djaya Seputar Langkah dan Penanganan Difteri
dr Kristo menjelaskan, deteksi dini penyakit difteri tidaklah mudah. Gejala difteri mirip seperti batuk, pilek, radang tenggorokan biasa di fase awal
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Dokter ahli vaksin dan spesialis penyakit dalam, dr Kristoforus Hendra Djaya, SpPD, menjelaskan, difteri adalah infeksi di saluran napas yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheria dan bisa menular.
Kuman ini merusak di bagian permukaan jaringan.
Hal yang berbahaya dari bateri tersebut alah dapat mengeluarkan racun yang dapat menyebar ke organ vital lainnya seperti jantung, ginjal, hati atau yang lainnya.
dr Kristo menjelaskan, deteksi dini penyakit difteri tidaklah mudah.
Gejala difteri mirip seperti batuk, pilek, radang tenggorokan biasa pada fase awal.
Difteri bisa terdeteksi bila sudah berat, ketika sudah merusak selaput lendir di saluran napas dengan ditandai munculnya selaput putih yang dapat terlihat bila pasien membuka mulutnya.
“Jika sudah sampai tahap munculnya selaput putih itu untuk mencegah agar tidak sampai berat lagi harus dibawa ke rumah sakit. Karena pasien harus mendapat penanganan lebih lanjut seperti pemberian antitoksin difteri untuk menetralisir racun dari bakteri, lalu diberi antibiotik untuk membunuh kumannya,” terang dokter Kristo yang juga CEO In Harmony Vacination.
dr Kristo, menambahkan, selain dua penanganan tersebut, langkah ketiga adalah penanganan khusus apabila telah terjadi di sumbatan di saluran napas, karena jika sudah menyumbat saluran napas bisa menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dari dalam.
Juga dari luar kelenjar getah bening bisa membesar hingga membuat leher seperti bulls neck atau leher kerbau dan bisa menyebabkan pasien meninggal.
Saat ini difteri sedang menjadi wabah di banyak daerah di Indonesia, termasuk Jakarta yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga pemerintah langsung mengatasi dengan mengadakan program vaksin difteri secara gratis.
“Untuk pencegahan difteri sebetulnya kita mulai dari yang primer yaitu dari pengetahuan tentang penyakit difteri itu apa dan bagaimana penyebarannya sehingga kita bisa menghindar. Karena penyebaran difteri bisa lewat udara, dari bersin, batuk atau paparan benda yang terketan cipratan dari bersin orang yang terkena difteri,” papar dr Kristo.
Memakai masker dan mencuci tangan adalah langkah yang bisa diambil dalam mencegah tertular penyakit difteri.
Selain dua hal di atas, paling mudah dan paling ampuh mencegah terjangkit difteri adlah dengan imunisasi atau vaksinasi.
“Karena dengan vaksinasi, kekebalan tubuh akan menjadi maksimal dan peluang untuk tertular atau terjangkit menjadi kecil. Proteksi dari vaksin difteri bisa 80 – 90 persen dan mampu membentengi tubuh hingga 10 tahun,” ucapnya.
Lebih lanjut dr Kristo mengatakan pemberian vaksin difteri bukan hanya kepada anak-anak atau balita saja, melainkan orang dewasa terutama ibu hamil juga perlu diberikan vaksin.
Karena walaupun orang dewasa tidak sampai sakit berat, tapi bisa membawa kuman yang dapat menyebar dan dapat menularkan.