Dulu Dipakai Menggoreng dan untuk Rambut, Sekarang Minyak Kelapa Jadi Obat, Ampuhkah Khasiatnya?
Dulu orangtua kita memakai minyak kelapa sebagai minyak goreng, plus minyak rambut si buyung-upik.
Editor: Anita K Wardhani
Namun, dr. Zunilda S. Bustami, MS, Sp.FK, farmakolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggarisbawahi cara mengambil kesimpulan semacam ini.
Menurut dia, suatu zat yang punya aktivitas antimikroba di tingkat laboratorium, tidak berarti pasti punya aktivitas serupa saat diminum.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya saja, zat itu tidak bisa sampai ke tempat kerja yang dituju dalam kadar yang cukup.
Zunilda memberi contoh isoprinosin. Obat ini dalam pengujian laboratorium punya kemampuan menekan pertumbuhan virus.
Saking hebatnya penemuan ini, sampai sang penemu mendapatkan hadiah Nobel. Namun, ternyata obat ini gagal sebagai antivirus pada manusia.
"Alkohol 70% juga punya aktivitas antimikroba, tapi kita 'kan enggak mungkin minum alkohol untuk mengobati infeksi," katanya menganalogikan.
Meski demikian Zunilda membenarkan manfaat minyak kelapa sebagai antiseptik lokal (pemakaian luar).
Tanpa menyangkal bahwa buah kelapa adalah makanan yang baik, Zunilda berpendapat lain.
Secara tata krama ilmiah, penelitian-penelitian itu belum cukup dijadikan dasar menjadikan minyak kelapa sebagai obat dalam pengertian kedokteran.
"Kalau sebagai jamu, ya monggo saja. Semua orang berhak percaya apa saja. Minum urine sendiri pun silakan," lanjutnya.
Untuk menyimpulkan bahwa kelapa memang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit tadi, harus dilakukan uji klinis pada manusia.
Tujuannya jelas, untuk memastikan bahwa kesembuhan itu benar-benar disebabkan oleh minyak kelapa.
Bukan karena sugesti, faktor kebetulan, atau (dalam istilah Michel de Montaigne, (penulis Prancis yang ucapannya sering dikutip farmakolog) karena doa neneknya.
Dalam pandangan Zunilda, penelitian-penelitian tentang kelapa lebih banyak mengarah kepada fungsinya sebagai nutrisi, bukan sebagai obat.
la menyarankan, alangkah bagusnya jika riwayat medis para pemakai minyak kelapa ini didokumentasikan.
Sehingga, nantinya bisa menjadi case report, bukan sekadar testimoni orang per orang.
Tentang konsumsi kelapa sebagai makanan, Zunilda menambahkan, "Semua jenis lemak sebenarnya kita butuhkan. Kolesterol kita butuhkan. Lemak jenuh pun kita butuhkan."
la mengambil contoh orang Padang yang terbiasa memasak dengan santan kelapa. "Enggak masalah. Asal jangan kelewat banyak aja" tambahnya.
Kalau dijadikan obat, Zunilda berpendapat, "Saya memakai logika saja. Kalau suatu penyakit sudah ada obatnya yang jelas, mengapa kita harus menggunakan sesuatu yang belum jelas," timpalnya.
Walhasil, memang susah jadi orang awam! Jika para ahli bersilang pendapat, kita pun ikut dibuat bingung.