Kaleidoskop 2018, Masalah Kesehatan di Indonesia Beralih, Trennya Dari Stroke Hingga Kanker
Di tahun 2018 ini peningkatan penyakit di Indonesia mulai mengalami transisi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
Rokok tersebut juga cukup mengganggu kesehatan gigi dan mulut, dengan berkembangnya kanker rongga mulut yang ternyata lebih mematikan dibanding kanker payudara.
“Tidak lebih dari 5 tahun seperti pada kanker payudara dengan stadium yang sama. Angka bertahan hidup kanker rongga mulut kecil dibawah tiga tahun,” kata Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut, Drg. Rahmi Amtha, saat ditemui di di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2018).
Kanker rongga mulut tersebut ditandai dengan perubahan warna rongga mulut dari yang seharunsya merah menjadi putih, atau kombinasi keduanya, dan adanya luka atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Sariawan yang tidak menimbulkan rasa sakit itu lah yang berbahaya, karena seharusnya luka terasa sakit terlebih jika sariawan sudah lebih dari empat minggu, harus segera melakukan pemeriksaan ke dokter.
“Sariawan yang tidak sembuh paling lama sebulaan karena kulit kita memiliki perubahan sampai dua minggu jadi kalau empat minggu gak sembuh mari periksa,” ungkap Drg Rahmi saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2018).
Stres juga ternyata dapat menyebabkan kanker rongga mulut yang indikasinya menurut Drg. Sri Hananto Seno, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia stres memicu aktifnya sel kanker dalam tubuh.
“Stres bisa sebabkan kanker rongga mulut itu ada. Ada pasien tang karena permasalahan prinadi yang dipikirkam selama setahun. Bukan cuma stres yang sehari-hari karena putus cinta tapi stres yang lama,” ungkap Drg. Seno saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2018).
Stres tersebut juga dapat menyebabkan penyakit tidak menular lainnya seperti jantung hingga hipertensi.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Ario Soeryo Kuncoro orang yang tinggal diperkotaan lebih riskan terkena stres karena masalah macetnya jalanan, ditambah dengan permasalahan pekerjaan dan masalah pribadi lainnya.
Namun tetap penyebab yang paling utama kembali adalah rokok termasuk juga asap rokok bagi perokok pasif.
“Itu bisa jadi pencetusnya, yang kita lupa stop rokok itu, kita yang perokok pasif juga bisa kena jantung karena asap terpapar polusi udara,” kata Ario saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (14/11/2018).
Masih berdasarkan data dari Riskesdas peningkatan proporsi gangguan jiwa pada 2018 sebesar 7 persen, naik derastis dari 2013 yang berada di angka 1,7 persen.