Berdasar Studi, Penyakit Jantung dan Stroke Bisa Pengaruhi Penghasilan
Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Seorang yang memiliki atau pernah mengalami serangan jantung, stroke atau detak jantung terhenti secara signifikan, memiliki lebih kecil kemungkinannya untuk berkerja.
Dikutip thehealthsite.com, sebuah temuan studi baru, menyebut mereka memiliki penghasilan rata-rata lebih rendah daripada orang sehat.
Penyakit kardiovaskular dan stroke adalah penyebab kematian yang paling umum di seluruh dunia.
Sepertiga dari serangan jantung, 25 persen dari stroke dan 40 persen dari serangan jantung terjadi pada orang yang berkerja saat berusia di bawah 65 tahun.
Baca: Penelitian Ini Menyimpulkan Wanita Pinggul Ramping Berisiko Diabetes dan Jantung
Berkurangnya kemampuan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan bagi mereka yang selamat dari peristiwa kesehatan akut bisa disebabkan oleh penurunan status fungsional dan kualitas hidup yang bertahan lama.
Temuan menunjukkan bahwa infark miokard akut (MI), henti jantung, dan stroke semuanya mengakibatkan kerugian besar dalam pekerjaan dan pendapatan yang bertahan setidaknya tiga tahun setelah kejadian.
Kerugian dalam pendapatan sangat besar, dengan pengurangan berkisar dari 8 persen menjadi 31 persen.
Selain itu, bahkan jika orang dapat bekerja, pendapatan mereka di tahun ketiga setelah terkena penyakit itu lima hingga 20 persen lebih rendah dari sebelumnya.
Hasil ini memiliki konsekuensi bagi pasien, keluarga, pengusaha dan pemerintah, menunjukkan hasil yang dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal.
"Pengangguran dan kehilangan penghasilan karena penyakit umum ini memiliki relevansi sosial yang luas.
Dengan konsekuensi bagi pasien, keluarga dan pemerintah, seperti kebangkrutan, kesehatan yang memburuk dan hilangnya produktivitas," kata Allan Garland, Profesor di University of Manitoba di Kanada.
Untuk penelitian ini, tim mengevaluasi efek dari kondisi ini pada pasar tenaga kerja dan membandingkan hasil dari 19.129 peserta yang berusia 40 hingga 61 tahun yang bekerja dengan kontrol yang tidak mengalami stroke atau kejadian jantung.
Studi ini akan membantu dalam mengembangkan intervensi dan kebijakan untuk mendukung orang untuk kembali bekerja, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, kata tim penelitian tersebut.(*)