Belajar dari Kasus Obesitas Titi Wati, Ngemil Ternyata Lebih Berbahaya daripada Makan Nasi
Ali Khomsa, menjelaskan ngemil menjadi kegiatan yang lebih berbahaya dibandingkan dengan makan nasi, karena ada unsur karbohidrat dan lemak.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang wanita berusia 37 tahun di Palangkaraya, Kalimantan Tengah mengalami obesitas dengan bobot berat badan mencapai 350 kg.
Berat badan yang dialami Titi Wati ini lebih besar dibandingkan kasus obesitas yang pernah terjadi pada Aria Permana, bocah asal Karawang dengan bobot 193 kg.
Obesitas yang dialami Titi Wati ini berlangsung sejak usianya 27 tahun dan sudah enam tahun ini ia hanya bisa berbaring dan tengkurap karena kegemukan yang dideritanya itu.
Obesitas itu bukan karena Titi Wati memiliki porsi makan yang besar.
Titi hanya makan nasi sehari dua kali, namun ia gemar sekali ngemil alias makan makanan ringan seperti makan gorengan, bakso, dan juga minum es.
Baca: Jenazah Deasy, Kepala Lab Perusahaan Pembibitan Mutiara Terapung di Kolam Pemeliharaan Buaya
Ngemil yang hanya kegiatan pendamping ternyata menjadi bumerang bagi Titi Wati.
Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan, menjelaskan ngemil menjadi kegiatan yang lebih berbahaya dibandingkan dengan makan nasi, karena ada unsur karbohidrat dan lemak sehingga lebih mudah gendut jika kebanyakan ngemil.
"Makan camilan ada unsur karbohidrat dan lemak, sehingga lebih mudah jadi gemuk bila sering-sering. Oleh sebab itu ngemil bisa lebih berisiko," kata Ali Khomsan kepada Tribunnews.com, Jumat (11/1/2019).
Selain itu minuman manis juga bisa dengan mudah memancing obesitas karena gula yang terkandung di dalam minuman.
Baca: 5 Fakta Terbaru Titi Wati Wanita 350 Kilogram, Evakuasi Libatkan 20 Orang hingga Jebol Harus Rumah
Ahli gizi tersebut juga mengingatkan agar masyarakat mengonsumsi gula sesuai batasan yakni 50 gram per hari.
"Batasan konsumsi gula 50 gram per hari, jadi minuman manis tentu tetap harus diwaspadai," tutur Ali Khomsan.
Penggunaan gula rendah kalori bisa menjadi pilihan jika ingin mulai mengurangi konsumsi makanan atau minuman manis.
"Gula rendah kalori adalah alternatif yang selama ini bisa diterima," kata Ali Khomsan.