Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Para Peneliti Temukan Obat Baru Bagi Penderita Kanker Stadium Lanjut

Mereka mengatakan obat baru ini memiliki cara kerja menyerang sel tumor dari dalam.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Para Peneliti Temukan Obat Baru Bagi Penderita Kanker Stadium Lanjut
ISTIMEWA
Ilustrasi kanker otak 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Para peneliti kanker di London, Inggris, mengatakan mereka berhasil menguji obat baru yang dapat memberikan harapan bagi sekelompok kecil pasien kanker stadium lanjut.

Mereka mengatakan obat baru ini memiliki cara kerja menyerang sel tumor dari dalam.

Obat yang dikenal dengan nama TV (Tisitumab Vedotin) itu telah diuji coba pada hampir 150 orang yang kankernya kebal obat.

TV terbukti efektif selama sampai enam bulan, secara rata-rata.

Baca: Cerita Ibu Ronaldo Berjuang Hidup Usai Mengidap Kanker Payudara

Keadaan lebih dari seperempat pasien dengan kanker rahim dan kandung kemih membaik. Jenis lain termasuk kanker usus dan pankreas akan diikutsertakan dalam tes.

"Kita telah menyaksikan kemajuan besar mengatasi kanker dalam beberapa dekade terakhir, tetapi banyak jenis tumor tetap sulit ditangani begitu kanker menyebar," kata Professor Paul Workman, pimpinan Institute of Cancer Research (ICR), London.

Para peneliti juga menguji sejumlah parameter untuk mengetahui pasien yang paling mungkin memberikan respons terhadap obat itu.

BERITA TERKAIT

TV dikaitkan dengan antibodi yang kemudian disasar pada sebuah reseptor bernama faktor jaringan, tingkat yang tinggi ditemukan pada permukaan kebanyakan sel kanker.

Obat tersebut kemudian dapat memasuki sel dan menghancurkannya.

Obat yang diuji pada pasien kanker stadium lanjut dan telah kebal terhadap pengobatan standar tersebut, menunjukkan sejumlah tumor menyusut atau berhenti tumbuh.

"Yang menakjubkan terkait dengan pengobatan ini adalah mekanisme aksinya sama sekali baru - karena bertindak seperti Kuda Troya yang memasuki sel kanker dan membunuhnya dari dalam," kata penulis utama Professor Johann de Bono pada penelitian dipimpin sebuah tim ICR dan Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas