Beberapa Kondisi Pada Anak yang Tidak Disarankan untuk Sunat
Banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk sirkumsisi atau sunat di saat libur sekolah seperti di bulan Juli ini.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk sirkumsisi atau sunat di saat libur sekolah seperti di bulan Juli ini.
Dokter Spesialis Bedah Anak, dr. Yessi Eldiyani, Sp. BA dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya pun mengingatkan ada beberapa kondisi pada anak yang tidak direkomendasikan untuk melakukan sunat.
Pertama, anak tidak bisa sunat jika memiliki kondisi medis tertentu seperti adanya hipospadia dan penyakit yang berhubungan dengan darah.
Baca: Membedakan Anak Kurus yang Sehat dan Kurang Gizi
Baca: Membedakan Kontraksi Palsu dan Kontraksi Asli Jelang Persalinan Supaya Enggak Panik
Baca: Bagaimana Posisi yang Tepat dan Nyaman untuk Menyusui Bayi Baru Lahir?
Adapun hipospadia adalah kondisi penis anak seakan-akan telah disunat alias kondisi lubang uretra atau lubang kencing yang tidak normal yakni berada di bawah penis.
Sementara itu epispadia berkebalikan letaknya dengan hipospadia yakni lubang uretranya terletak di atas penis.
“Pasien juga tidak dapat melakukan tindakan sirkumsisi apabila memiliki kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia aplastik,” ungkap dr. Yessy Eldiyani melalui keterangan tertulisnya, Kamis (4/7/2019).
Dr. Yessy pun menyarankan agar sunat dilakukan oleh dokter spesialis bedah di rumah sakit agar mendapatkan penanganan sunat yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh.
“Sehingga apabila ditemukan adanya kelainanorgan atau kondisi medis tertentu, dokter dapat memberikan penjelasan dan penanganan yang lebih tepat,” kata dr. Yessy.
Saat ini sunat tidak lagi hanya dilalukan oleh anak laki-laki muslim saja karena sesuai dengan ajaran agama, tapi banyak juga orangtua mengajak anaknya sunat dengan alasan kesehatan.
Pemotongan sebagian dari preputium atau kulit yang menutupi penis bisa menurunkan risiko terjadinya infeksi pada saluran kemih, menjaga terjadinyabalanitis dan balanopostitis.
Sirkumsisi juga dapat mencegah terjadinya fimosis dan paraphimosis, yaitu ketika kulup tidak bisa ditarik kembali dan terjebak di sekitar ujung penis.