Menelusuri Tumbuhnya Akar Bajakah, Obat Tradisional Dayak Penyembuh Kanker yang Mendadak Populer
Akar Bajakah, tanaman tradisional masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mendadak populer. Karya imliah siswa di Palangkaraya viral dan membuat penasaran.
Editor: Anita K Wardhani
Akar Bajakah, tanaman tradisional masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mendadak populer. Karya imliah siswa di Palangkaraya viral dan membuat penasaran.
TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Akar Bajakah, tanaman tradisional masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mendadak populer sejak dua siswa SMA di Palangkaraya menorehkan prestasinya.
Akar bajakah sebagai obat kanker meraih medali emas di ajang kompetisi ilmiah di Seoul Kalteng.
Tanaman yag baru diketahui tumbuh di Pulau Kalimantan terutama di Kalimantan Tengah ini khasiatnya ditemukan siswa SMA.
Sebanyak 2 siswi asal Kalimatan dikabarkan menemukan tumbuhan yang mampu menyembuhkan penyakit kanker.
Berita ini sangat menggembirakan dalam dunia medis.
Seperti diketahui, sampai saat inim belum ada obat yang mampu menyembuhkan kanker.
Baca: 16 Jemaah Haji Meninggal Dunia Dalam 3 Hari Saat Prosesi Mabit dan Lontar Jumrah di Mina
Baca: 2 Wanita Cantik Asli Dayak Penemu Obat Kanker Payudara Ini Dapat Penghargaan Internasional di Korsel
Baca: Jefri Nichol Bahagia Keluar dari Sel Tahanan untuk Jalani Rehabilitasi, Bagaimana Proses Hukumnya?
Penemuan ini tentu sangat berarti bagi kehidupan umat manusia.
Penemuan dua siswi ini bahkan sudah diakui tingkat dunia.
Adalah Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri oleh dua siswi SMAN 2 Palangkaraya penemu obat ampuh dari akar Bajakah ini hingga karyanya viral setelah meraih medali emas di satu ajang kompetisi sains di Soul Korea Selatan.
Tidak disangka, ternyata akar tanaman bajakah tunggal dengan ekstraknya dipakai penduduk pedalaman Kalimantan Tengah untuk pengobatan tradisional ternyata ampuh obati tumor dan kanker.
Akar tanaman bajakah tunggal ini banyak ditemukan di hutan kalimantan, oleh warga lokal sejak lama dipakai untuk pengobatan untuk penyakit kanker dan tumor.
Kini, penemuan dua siswa SMAN 2 Palangkaraya ini semakin populer sejak dikenalkan ke dunia internasional hingga meraih emas pada Lomba Karya Ilmiah Internasional di Seoul, Korea Selatan, pada 25-27 Juli 2019 lalu.
Guru pembimbing dua siswa SMAN 2 Palangkaraya, Helita saat ditanya seputar penghargaan tesebut, Senin (12/8/2019) mengungkapkan, sebagai pembimbing dia hanya mengarahkan anak didiknya untuk kreatif dalam membuat jarya ilmiah dengan melihat kearifan lokal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.