Indonesia Butuh 400 Rumah Sakit yang Bisa Menangani Penyakit Stroke
Jumlah penderita penyakit stroke terus bertambah setiap tahunnya. Saat ini di Indonesia prevalensinya bisa terjadi pada tujuh sari seribu orang.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Jumlah penderita penyakit stroke terus bertambah setiap tahunnya. Saat ini di Indonesia prevalensinya bisa terjadi pada tujuh sari seribu orang.
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr. Mursyid Bustami menyebutkan dibutuhkan sekitar 400 rumah sakit yang bisa memberikan pelayanan bagi masyarakat yang terserang stroke.
“Perlu 400 rumah sakit untuk menangani stroke dari geografinya yang gak mungkin di Jakarta saja, bagaimana di pelosok, jadi gak perlu ke RS Pusat Otak Nasional (RSPON) tapi tetap tertangani,” kata dr. Mursyid saat ditemui di RS PON, di Jakarta Timur, Jumat (25/10/2019).
Baca: Mengetahui Tanda-tanda Stroke Agar Segera Dilarikan ke Rumah Sakit
Kemudian untuk memberikan pelayanan yang cepat karena penyakit stroke sangat berpacu pada waktu penanganan maka rumah sakit harus menyiapkan dolter spesialis syaraf dan alat CT scan untuk mempermudah diagnosis stroke.
Dr. Mursyid menyebutkan pihak RS Pusat Otak Nasional siap jika harus memberikan pelatihan untuk masalah sistem penanganan pasien stroke.
Baca: Bukan Cuma Soal Manis, Fast Food Juga Picu Diabetes
Baca: Kegiatan Veronica Tan Saat Ini Setelah Ahok Sudah Bahagia dengan Istri Barunya
Baca: Lagi Diet, Menu Sarapan yang Salah Malah Bisa Bikin Gendut
“Yang penting ada spesialis sarafnya, ada CT scannya, yang memastikan stroke seperti apa, dan yang perlu timnya harus kuat. Kita latih tim itu, mengerti bagaimana menangani stroke yang cepat gak ada semenit dua menit ketunda,” kata dr. Mursyid.
Perihal tenaga ahli spesialis syaraf untuk menangani stroke saat ini juga masih dinilai kurang merata karena kebanyakan berada di pusat-pusat kota saja.
“Di Indonesia dokter spesialis syaraf kurang lebih ada 1.750 dokter dan 300 lebih berada di Jakarta. Itu kan tidak merata seperlimanya di Jakarta, ini tantangan gimana 400 rumah sakit tadi harus diisi dokter spesialis syaraf,” pungkas dr. Mursyid.