Rata-rata, Empat dari 10 Ibu Hamil Mengalami Anemia
Angka anemia atau kurang darah pada ibu hamil di Indonesia masih terbilang tinggi.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Angka anemia atau kurang darah pada ibu hamil di Indonesia masih terbilang tinggi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 48,9 persen.
Secara penyebaran, dengan data tersebut, rata-rata empat sampai lima dari sepuluh ibu hamil mengalami anemia.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dr. Rr. Dhian Probhoyekti, SKM menyebutkan ibu hamil yang terkena anemia harus dibantu dengan tablet penambah darah.
Baca: Risiko Kekurangan Asam Folat Pada Ibu Hamil
Baca: Jangan Keliru, Ternyata 4 Penyakit Ini Punya Gejala Mirip Diabetes
Baca: Penyakit yang harus di Waspadai Masyarakat saat Curah Hujan Tinggi
Ibu hamil dengan anemia harus mengonsumsi minimal 90 butir tablet penambah darah selama sembilan bulan kehamilan.
Sayangnya masih banyak ibu dengan anemia yang tidak mematuhi prosesdur tersebut padahal anemia pada ibu hamil bisa berisiko pada janin.
“Banyak yang tidak sesuai prosedur, ibu hamil yang anemia itu menghasilkan anak yang stunting dan angka kematian ibu atau anak yang tinggi,” kata Dr. Dhian saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarat Selatan, Selasa (14/1/2020).
Untuk mengawal pelaksanaan program suplementasi zat gizi mikro untuk menurunkan anemia pada ibu hamil pemerintah bekerjasama dengan Nutrition International melalui program Mitra.
Baca: Efek Minum Teh Setiap Hari, Turunkan Risiko Kanker Hingga Menyehatkan Jantung
Program ini sudah mulai implementasikan pada 20 kabupaten di Jawa Timur dan Nusa Tenggara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dua daerah ini jadi fokus karena di NTT angka stunting 42,6 persen dan Jawa Timur 32,8 persen, atau tiga sampai empat dari 10 anak terkena stunting.
Country Director Nutrition International Dr. Sri Kusyuniati menyebutkan program yang dilakukan mulai dari peningkatan kapasitas, advokasi, penguatan manajemen program, monitoring evalusi dalam pemberian tablet tambah darah.
“Kami memahami tantangan masyarakat secara menyeluruh dan merancang intervensi untuk menanganinya,” tutur dr. Sri Kusyuniati.