Yang Harus Orang Tua Ketahui Apabila Anak Terserang Diare
Saat penyakit diare muncul maka buang air besar (BAB) akan jadi lebih sering dan bahkan feses akan lebih lembek bahkan mengeluarkan feses cair.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Saat penyakit diare muncul maka buang air besar (BAB) akan jadi lebih sering dan bahkan feses akan lebih lembek bahkan mengeluarkan feses cair.
Efek tersebut akan menimbulkan risiko penyakit tambahan yakni dehidrasi karena cadangan air dalam tubuh ikut keluar BAB.
Risiko itu berlaku bagi penderita dewasa maupun penderita anak-anak. Pada anak-anak tentunya akan lebih berbahaya karena daya tubuhnya yang lebih ringkih.
Oleh karena itu orangtua harus turut memperhatikan agar anak benar-benar meminum obat sesuai tata laksana pengobatan diare.
Baca: 6 Gejala Penyakit Usus yang Harus Diwaspadai, dari Sembelit hingga Banyak Kentut
Baca: Banjir Jakarta Membawa Penyakit Diare pada Anak
Baca: Efek Minum Teh Setiap Hari, Turunkan Risiko Kanker Hingga Menyehatkan Jantung
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dr. Kirana Pritasari mengingatkan anak harus meminum obat diare selama 10 hari.
“Diare biasanya dua sampai tiga hari udah berhenti tapi obat harus diminum terus sampai 10 hari,” kata dr. Kirana saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2020).
Obat diare yang biasanya berupa oralit dan zat besi selama 10 hari untuk membantu mengembalikan metabolisme tubuh karen sel-sel yang rusak ketika terjadi dehidrasi pada anak.
Kemudian jika obat berhenti dikonsumsi kurang dari tata laksana dapat membuat diare bertambah lama yang akan semakin menambah rasa sakit dan dehidrasi.
“Kalau diminimum 10 hari pada balita maka data tahan tubuhnya lebih baik, makanya perlu kepatuhan minum obat zat gizi mikro,” pungkas Kirana.