Kemenkes Sebut Wabah Antraks di Gunungkidul Bisa Dikendalikan
“Sampai laporan terakhir kematian hewan tanggal 6 Januari itupun belum ada laporan karena antraks atau yag lain,” tutur Anung
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Kemenkes Sebut Wabah Antraks di Gunung Kidul Bisa Dikendalikan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah penyakit antraks terjadi di Dusun Ngejek Wetan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakart (DIY) menyebar di dua kecamatan yakni Ponjong dan Semanu.
Penyebarannya bermula dari kematian satu kambing di Kecamatan Ponjong, yang kemudian keesokannya diikuti kematian satu sapi.
Baca: Terawan Terjunkan Tim Tangani Antraks di Gunungkidul dengan Antibiotik
Kemudian pada 23 hinga 27 Desember kematian hewan semakin meningkat yakni sebanyak 5 kambing mati dan dua sapi.
Berdasarkan hasil penelitian BBVet Wates yang meneliti serum kambing dan serum sapi yang mati tersebut, tiga sapi dan dua sapi positif antraks.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihartono menyebutkan sejak saat itu lokasi ternak yang mati, kandang dan tempat air sudah didesinfeksi dengan formalin.
Walaupun masih ada kematian hewan hingga tanggal 9 Januari yakni namun jumlahnya terus menurun, sehingga bahaya antraks dipastikan telah menurun.
“Sampai laporan terakhir kematian hewan tanggal 6 Januari itupun belum ada laporan karena antraks atau yag lain,” tutur Anung di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (20/1/2020).
Kemudian penularan antraks dari hewan ke manusia di Gunung Kidul ini mencapai dari 50 kasus dan 21 warga positif dinyatakam antraks. Kemudian ada satu korban meninggal.
“Intinya dari 21 orang positf ada satu yang meninggal dengan diagnosa meningitis, kanrena antraks bisa bermacam ada kulit pencernaan saluran pernafasan, dan bisa meningitis kalau berat,” kata Anung.
Dengan pemberian antibiotik profilaksis pada warga yang terpapar berisiko 576 orang wabah antraks pun bisa dikembalikan dan tidak lagi ditemukan kasus pada orang.
Anung menegaskan antraks di Gunung Kidul masih bisa dikendalikan dan tidak menimbulkan status kejadian luar biasa (KLB) di wilayah Gunung Kidul.
“Sampai dengan saat ini sudah tidak ditemukan penderita baru kasus antraks di Gunung Kidul. Clear Klb di tahun 2020 minggu pertama satu dan dua sudah gak ada kasus,” tutur Anung.
Penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis memang dapat menyerang hewan dan manusia.
Pada manusia inkubasinya selama tujuh hari, dengan gejala luka berwarna hitam pada kuli yang dikelilingi bengkak.
Baca: Ternak Mati, Lahan di Dusun Ngrejek Wetan, Gunung Kidul Diserang Wabah Antraks
Kemudian akan menimbulkan gejala demam, mual, nafsu makan turun, nyeri pertu, diare.
Sedangkan pada hewan harus dicurigai jika mati mendadak.