Buku 'Jelajah Jiwa' Mencoba Hapus Stigma untuk Cegah Tendensi Bunuh Diri
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma akan dijual di seluruh toko buku Gramedia secara nasional.
Editor: Choirul Arifin
![Buku 'Jelajah Jiwa' Mencoba Hapus Stigma untuk Cegah Tendensi Bunuh Diri](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/budayawan-sudjiwo-tedjo11.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meneliti kasus bunuh diri identik dengan tema yang 'gelap'. Tetapi mantan anggota DPR RI Nova Riyanti Yusuf secara konsisten bergelut dengan penelitian bunuh diri sejak 2008.
Di 2008, dia menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Saat itu dia harus menentukan topik tesis sebagai syarat kelulusan menjadi dokter spesialis jiwa.
Nova Riyanti Yusuf kemudian merasa tertantang untuk meneliti tentang seniman dan bunuh diri karena dia juga merasa bagian dari seniman.
Saat berbagai teori mengatakan bunuh diri erat pada seniman (Kurt Cobain, Ernest Hemingway, Virginia Woolf, Sylvia Plath, dan 2 pelukis di Indonesia telah pergi karena bunuh diri), dia menjadi sangat penasaran dan menemukan 2 kasus pelukis bunuh diri di Yogyakarta.
Nova R iyanti Yusuf kemudian berhasil menyelesaikan penelitian kualitatif yang sangat berat dengan judul Aspek Biopsikososial Tindakan Bunuh Diri Pada Dua Orang Pelukis di Yogyakarta.
Studi Kasus dua pelukis yang meninggal karena bunuh diri. Dalam tesis tersebut dia mendapatkan informasi bahwa kedua pelukis tidak mempunyai anggota keluarga yang melakukan bunuh diri.
Berbagai wawancara menunjukkan bahtwa pelaku kemungkinan mengalami masalah kejiwaan.
![Suasana peluncuran buku 'Jelajah Jiwa Hapus Stigma' karya Nova Riyanti Yusuf yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu 11 Maret 2020.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/peluncuran-buku-jelajah-jiwa-hapus-stigma.jpg)
"Kedua seniman juga diduga mempunyai beragam stresor, yang terkait dengan karya seni (lukisan), hubungan pribadi dengan kekasih, dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat kedua seniman memutuskan untuk bunuh diri," paparnya.
Beberapa warning signs diantaranya adalah menjelang bunuh diri menunjukkan karya lukis yang depresif. Kali ini dia menggunakan juga teknik triangulasi dengan melakukan analisis lukisan bersama kurator lukis, budayawan, dan psikiater Eugen Koh dari The Dax Centre - University of Melbourne yang pakar art and healing.
Baca: Virus Corona Bikin Kekayaan Banyak Miliuner Indonesia Rontok Sekejap, Siapa Saja?
Dia juga menemukan sikap mereka yang tidak kuat menghadapi berbagai persoalan maupun penyakit yang menyertainya. Juga ada perasaan bersalah dan berdosa.
"Walaupun kedua pelukis ini telah tidak ada tetapi melalui buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma, saya merasa ikut belajar tentang perjalanan hidup seseorang. Bahwa setiap orang punya cerita dan masalahnya masing-masing, sehingga penting sekali bagaimana kita berperan dalam kebaikan bagi sesama manusia," kata Nova Riyanti Yusuf di acara peluncuran buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu 11 Maret 2020.
Baca: Dua Alasan Kuat Gubernur Anies Baswedan Liburkan Sekolah di DKI Jakarta Selama 2 Pekan
Melalui buku ke-12 yang diluncurkan ini Nova Riyanti Yusuf mengajak pembaca lebih peduli menjelajah jiwa manusia dalam lingkup terdekat kita sendiri dan menghapus stigma sehingga bunuh diri bisa dicegah.
Baca: Kondisi Terakhir Suami Intan RJ Sebelum Meninggal Dunia
"Saya berharap buku ini dapat diterima oleh masyarakat luas dan sudah saatnya bunuh diri dikisahkan ke layar lebar dengan informasi dan dukungan data penelitian yang adekuat serta memberikan manfaat edukatif bagi para penontonnya," ujarnya.
Nova Riyanti Yusuf sebelumnya merupakan anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2018-2019. Dia pernah menginisiasi RUU Kesehatan Jiwa dan menjadi Ketua Panitia Kerja RUU Kesehatan Jiwa Komisi IX DPR RI sehingga akhirnya dihasilkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Selain meneliti, menulis, berpraktek sebagai psikiater profesional, dan aktif sebagai pembicara di berbagai forum, Nova Riyanti Yusuf juga menjadi Sekretaris Jenderal Asia Federation of Psychiatric Associations (AFPA), Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia) dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta (PDSKJI – Jaya).
Acara peluncuran bukunya ini antara lain dihadiri Hana Madness seorang pelukis, aktivis kesehatan mental dan Ratih Ibrahim, psikolog klinis dan Direktur Personal Growth. Sudjiwo Tejo juga tampil memainkan saxophone dengan tema kesepian.
Buku Jelajah Jiwa Hapus Stigma akan dijual di seluruh toko buku Gramedia secara nasional.