Pasien Covid-19 Sebagian di Antaranya Alami Gangguan Saraf, Apa Kata Ahli?
Selain cara penularan dan pengobatan, kini para ilmuwan meneliti dampak kerusakan virus corona (Covid-19) pada tubuh.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Selain cara penularan dan pengobatan, kini para ilmuwan meneliti dampak kerusakan virus corona (Covid-19) pada tubuh.
Sejumlah ahli saraf di dunia menyebutkan sebagian pasien Covid-19 juga mengalami perkembangan kerusakan pada bagian otak.
Sindrom neurologis ini muncul selain kondisi-kondisi tidak biasa lainnya pada pasien Covid-19, seperti gangguan indera penciuman dan perasa.
Pada awal Maret, seorang pria berusia 74 tahun datang ke ruang gawat darurat di Boca Raton, Florida.
Ia memiliki gejala batuk dan demam, tetapi sinar-X mengesampingkan pneumonia dan ia pun diminta pulang.
Baca: Upaya Cegah Penularan Covid-19, Jaga Jarak Hingga Praktikkan Etika Bersin dan Batuk
Baca: Bagaimana Membedakan Batuk sebagai Gejala Terinfeksi Covid-19 dan yang Tidak?
Keesokan harinya, demam yang dialami pria tersebut melonjak dan keluarga membawa dia kembali ke ruang gawat darurat.
Dia kehabisan napas serta kehilangan kemampuan bicara.
Pasien yang juga menderita penyakit paru-paru kronis dan parkinson ini kemudian menggapai-gapaikan lengan dan kakinya dengan gerakan tersentak-sentak, dan tampak mengalami kejang.
Dokter mencurigai dia menderita Covid-19. Dugaan itu terbukti benar setelah dilakukan pengujian terhadap pasien.
Pada Selasa, dokter-dokter di Detroit melaporkan kasus lain.
Pasien adalah seorang perempuan pekerja maskapai berusia akhir 50-an tahun yang menderita Covid-19.
Pasien tersebut bingung dan mengeluh sakit kepala. Dia bisa memberi tahu dokter namanya, tetapi dari waktu ke waktu menjadi kurang responsif.