Inilah Ragam Kendala yang Bikin Penderita Tuberkulosis di Indonesia Begitu Tinggi
Lambatnya ekspansi pelayanan pasien karena masalah sarana dan pra sarana menjadi salah satu pemicu penderita TB di Indonesia tinggi.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Jumlah kasus tuberkulosis (TB) di Indonesia masih berada di posisi tiga besar dunia dengan total kasus mencapai 846.000 orang, di bawah China dan India.
Tingkat penemuan pasien tuberkulosis dan keberhasilan pengobatan pasien di Indonesia pun masih rendah.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto pun mencoba menjelaskan kendala masih rendahnya penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan.
Alasan pertama adalah lambatnya ekspansi pelayanan pasien karena masalah sarana dan pra sarana. Datanya saat ini baru 214 dari 360 fasilitas kesehatan rujukan tuberkulosis yang siap melayani pasien.
Baca: Ikatan Dokter Indonesia Setuju, Semua Dokter Harus Bisa Tangani Pasien Covid-19
“Kendala fasilitas kesehatan belum berjalan karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama poli tuberkulosis resistensi obat dan tempat menginap pasien,” kata Yurianto dalam rapat online dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (14/4/2020).
Baca: Kisah Jenazah Dokter Dimakamkan Tanpa Menggunakan Peti di TPU Padurenan Bekasi
Kendala kedua adalah banyaknya pasien yang tidak mengakses pengobatan karena karena alasan ekonomi dan sosial sehingga banyak pasien yang belum sembuh.
“Alasannya tidak mengakses obat ada yang tidak tahu diagnosisnya, masalah sosial, ekonomi,” ungkap Yurianto.
Baca: Gara-gara Pasien Berbohong, 76 Staf Medis RSUD Purwodadi Harus Jalani Rapid Test
Bahkan kurangnya dukungan dari keluarga dan komunitas di lingkungan sekitar juga bisa membuat pasien tuberkulosis enggan mengakses pengobatan.
“Faktor lainnya karena kurangnya dukungan keluarga atau komunitas,” kata Yurianto.
Alasan lainnya adalah paisenbyang memang menolak pengobatan dan jaringan layanan pengobatan yang masih kurang.
Alasan terakhir adalah kendala pencatatan dan laporan yang tidak tepat waktu dari para petugas juga ikut berpengauh kepada data.
“Masalah pencatatn dan laporan yang tidak tepat waktu, jaringan internet dan petugas pengimput data ,” ucap Yurianto.
Saat ini di Indonesia baru 9 provinsi yang capaian penemuan pasien tuberkulosis berada di atas rata-rata nasional yaitu 65 persen yaitu Jawa Barat, Gorontalo, DKI Jakarta, Banten, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Jawa Tengah dan Papua.
Kemudian hanya 17 provinsi yang cakupan keberhasilannya pengobatannya berada di atas rata-rata pasien yakni Lampung, NTB, Kalimatan Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Banten, Sumatera Barat, Jawa Timur, Jambi, Bali, Bangka Belitung, Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Selatan.