Konsumsi Jamu untuk Tingkatkan Imun Tubuh: Cara Pembuatan, Dosis hingga Khasiatnya
Mengkonsumsi jamu diyakini mampu meningkatkan daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh (imunitas) dari berbagai penyakit termasuk Covid-19.
Penulis: Daryono
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mengkonsumsi jamu diyakini mampu meningkatkan daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh (imunitas) dari berbagai penyakit termasuk Covid-19.
Jamu apa saja yang sebaiknya dikonsumsi dan bagaimana aturan mengkonsumsi jamu yang benar?
Ketua Jurusan Jamu Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Surakarta, Indarto AS mengatakan tubuh manusia sebenarnya sudah memiliki sistem pertahanan atau sistem imun dari serangan virus atau kuman dari luar.
Sistem imun itu ada yang berupa kekebalan tubuh bawaan sejak lahir seperti kulit, rambut, hormon, enzim, HCl di dalam perut.
Namun, ada pula kekebalan tubuh yang sifatnya imun adaftif.
Baca: Tips Meningkatkan Sistem Imun Bagi Anda Berusia di Atas 50 Tahun
Dalam proses pembentukan imun adaftif ini, lanjut Indarto, pembentukan sel makrofa atau sel limposit untuk melawan virus atau kuman dipengaruhi oleh beberapa sintesa zat-zat kimia alami.
Zat-zat kimia alami itulah yang terdapat dalam tanaman-tanaman jamu yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh atau menekan daya tahan tubuh kalau berlebihan.
"Jadi, herbal atau jamu itu berfungi merangsang sel-sel yang bekerja untuk imunitas," kata Indarto saat wawancara via zoom, Kamis (2/7/2020).
Indarto menerangkan, jenis tanaman untuk jamu jumlahnya cukup banyak.
Tanaman itu umumnya sudah tersedia di sekitar masyatarakat.
Di antaranya ada empon empon, jahe, kunyit, lengkuas, kunyit, temulawak, kayu manis, jeruk, daun kelor, kencur, sirih, aloe vera (lidah buaya) dan meniran.
Baca: Kalbe Farma Uji Klinis Dua Obat Virus Corona dari Empon-empon, Apa Saja Bahannya?
Masing-masing tanaman itu mengandung zat kimia yang mampu merangsang peningkatan daya tahan tubuh.
"Sebagai contoh, jahe mengandung kuersetin, ini berfungsi antibodi, mengaktifkan Nature Killer (NK) Cell. Lalu kunyit, kurkuminoid-nya baik sekali untuk merangsang meningkatkan daya tahan tubuh," ujar dia.
Panduan Mengkonsumsi Jamu
Lantas, bagaimana mengkonsumsi tanamana-tanaman itu sebagai jamu?
Indarto menjelaskan, berbagai tanamana jamu itu bisa dikonsumsi secara terpisah atau dikombinasi dengan dua atau tiga tanaman lainnya.
Bisa juga, tanaman-tanaman itu dikonsumsi dalam bentuk ramuan atau racikan.
Jika tidak ingin membuat sendiri, masyarakat juga bisa membeli jamu yang sudah jadi namun dengan catatan harus tetap memperhatikan aspek kebersihan dan pengolahan.
Indiarto kemudian memberikan tiga contoh ramuan jamu yang bisa dibuat sendiri di rumah.
Berikut ini tiga ramuan jamu yang dibagikan Indarto:
a. Ramuan 1
bahan:
- jahe merah/jahe biasa dua ruas
- jeruk nipis 1 buah
- kayu manis (dua jari)
- gula merah
- madu
cara pembuatan:
- rebus air tiga cangkir
- ketika sudah mendidik, masukkan jahe merah, kayu manis dan gula merah
- biarkan sampai mendidih
- setelah mendidih, biarkan selama 15 menit dengan api kecil
- diamkan dan kemudian disaring, lalu tambahkan jeruk atau madu untuk kemudian diminum dua kali sehari.
b. Ramuan 2
bahan:
- kunyit dua jari
- meniran dua pohon
- begagan 5-10 lembar
- gula merah
cara pembuatan (sama dengan cara pembuatan ramuan 1)
c. Ramuan 3
bahan:
- kunyit 1 ruas
- lengkuas
- jeruk nipis
cara pembuatan (sama dengan cara pembuatan ramuan 1)
Dosis Mengkonsumsi Jamu yang Benar
Indarto mengatakan khasiat atau efek dari mengkonsumsi jamu tidak bisa didapatkan dalam waktu satu atau dua hari.
Hal ini karena kandungan zat kimia alami dalam tanaman jamu sangat sedikit.
Baca: Jamu Paling Populer di Indonesia, Ada Empon-empon hingga Beras Kencur
Oleh karena itu, konsumsi jamu harus dilakukan secara rutin, minimal satu atau dua minggu.
"Kandungan zat kimia alami di tanaman jamu sangat kecil. Karena kecil itu sehingga tidak bisa langsung sekali dua kali minium langsung perkasa, nggak bisa begitu. Yang kecil ini harus terus menerus sehari dua, tiga kali. Rutin, paling enggak untuk dapat efek yang bagus itu satu minggu, dua minggu," terang dia.
Setelah satu minggu atau dua minggu, konsumsi jamu terus dilanjutkan dengan variasi misalnya dua hari sekali.
Indarto mengungkapkan dosis jamu terbilang fleksibel dan berbeda dengan dosis obat kimia yang harus tepat dan tidak melebihi takaran.
Dengan demikian, konsumsi jamu dalam jangka panjang tidak menjadi persoalan karena zat-zat kimia alaminya sangat kecil.
Indarto justru menyebut jika ada jamu yang langsung memberikan khasiat langsung setelah diminum maka jamu itu bisa dikatakan berbahaya karena kemungkinan dicampur dengan obat kimia.
"Kalau ada jamu yang langsung cespleng, ilang nyeri, itu jamu yang berbahaya. Kenapa, karena ini biasanya orang nakal. Biar jamunya laris dicampur dengan bahan kimia obat. Ini sangat berbahaya," jelasnya.
(Tribunnews.com/Daryono)