Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Siap-siap, Biaya Kesehatan di Indonesia Bisa Naik Hingga 12 Persen di 2021

Bersamaan dengan dipersiapkannya uji coba vaksin klinis, survei tersebut menyatakan akan ada kenaikan tren kesehatan hingga 12% pada 2021.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Siap-siap, Biaya Kesehatan di Indonesia Bisa Naik Hingga 12 Persen di 2021
TRIBUN/BIRO PERS/MUCHLIS Jr
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac tiba di terminal cargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (6/12/2020). Selanjutnya vaksin asal Cina tersebut langsung dikirim ke Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung. TRIBUNNEWS/BIRO PERS/MUCHLIS Jr 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Willis Towers Watson, sebuah perusahaan global yang bergerak di bidang konsultansi, pialang asuransi dan solusi merilis temuan baru seputar pengeluaran yang harus dibayar masyarakat di Indonesia untuk membayar biaya kesehatan.

Berdasar hasil survei yang dibuat, biaya kesehatan di Indonesia diperkirakan akan meningkat hingga 12 persen.

Laporan Willis Towers Watson terbaru ini mengacu pada laporan mendalam tentang dampak ekonomi akibat Covid-19, serta penurunan biaya tunjangan perawatan kesehatan yang disponsori pemberi kerja dan penundaan perawatan kesehatan non-darurat sebagai penyebab utama kenaikan yang diprediksi.

Riset ini menyebutkan, biaya tunjangan perawatan kesehatan untuk perusahaan asuransi medis swasta di Asia Pasifik diperkirakan akan pulih menjadi 8,5% pada tahun 2021.

Baca juga: Efektivitas Vaksin Sinopharm 86 Persen

Dalam versi lengkapnya, '2021 Global Medical Trends Survey' mendapati temuan bahwa biaya tunjangan perawatan kesehatan untuk perusahaan asuransi medis swasta di Asia Pasifik akan turun signifikan di tahun 2020.

Baca juga: Pemerintah Siapkan 32 Juta Vaksin Gratis

Biaya tunjangan perawatan kesehatan diperkirakan akan pulih menjadi 8,5% pada tahun 2021, atau naik dari 6,2% tahun ini dan 7,5% di 2019.

Khusus di Indonesia, situasi pandemi mengakibatkan penurunan penggunaan layanan kesehatan swasta secara nasional, yang selanjutnya menurunkan tren biaya kesehatan, dari 10,2% pada 2019 menjadi 10% tahun ini.

Baca juga: Bio Farma Belum Bisa Pastikan Vaksin Sinovac Aman Disuntikkan Bagi Lansia di Atas 60 Tahun

BERITA TERKAIT

Bersamaan dengan dipersiapkannya uji coba vaksin klinis, survei tersebut menyatakan akan ada kenaikan tren kesehatan hingga 12% pada 2021.

Menanggapi temuan tersebut, Dewita Anggraeni, Head of Health & Benefits, Indonesia di Willis Towers Watson menyatakan, pandemi Covid-19 tak terbantahkan lagi telahberdampak besar terhadap perlambatan tren biaya kesehatan yang semakin meningkat tahun ini, khususnya di Indonesia.

"Apalagi dengan situasi Covid-19, orang semakin menunda untuk menjalani operasi yang tidak mendesak dan berbagai prosedur elektif lainnya," ujarnya, Kamis (10/12/2020).

Dewita Anggraeni menjelaskan, penurunan tren kesehatan juga dipengaruhi oleh meningkatnya pemanfaatan BPJS Kesehatan.

"Terutama untuk penyakit kronis dan kritis, serta perawatan-perawatan lain yang biayanya sangat tinggi," bebernya.

Serupa dengan Indonesia, sebagian besar negara juga mengalami pertumbuhan biaya yang lebih rendah tahun ini.

Namun, situasi ini diperkirakan hanya akan berlangsung sebentar, dan pertumbuhan biaya ini diperkirakan akan pulih secara signifikan pada 2021.

 "Melihat situasi pandemi di satu negara dan negara lainnya yang jauh berbeda, kami memperkirakan fluktuasi biaya medis secara signifikan akan terjadi pada tahun 2021," ungkap Dewita Anggraeni.

Vaksin Pemicu Ketidakpastian

Ketidakpastian lain yang terjadi sebagai akibat Covid-19 ialah kapan vaksin akan tersedia, siapa yang membayar atau menyediakannya.

Lalu, sejauh mana ketersediaannya, serta bagaimana pembagian biaya pengujian dan perawatan COVID-19 untuk tahun 2021, khususnya di antara pemerintah, perusahaan asuransi, dan pemberi kerja.

Tiga faktor teratas yang memengaruhi tren medis pada 2021
Pengumpulan data '2021 Global Medical Trends Survey' dilakukan sepanjang Juli hingga September 2020.

Dewita menjelaskan, survey ini dilakukan terhadap 287 perusahaan asuransi terkemuka dari 76 negara, dengan 29% respondennya berasal dari negara-negara Asia Pasifik.

Laporan tersebut menemukan bahwa hampir setengah dari perusahaan asuransi (49%) yang disurvei di Asia Pasifik memperkirakan kenaikan biaya medis akan tetap konstan selama tiga tahun ke depan.

Sementara 40% memperkirakan biaya yang akan terus meningkat.

Penyakit kanker (79%) menempati urutan pertama di antara tiga kondisi teratas yang mempengaruhi biaya kesehatan di Asia Pasifik, diikuti penyakit kardiovaskular (76%) dan gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat (42%).

Seperti tahun sebelumnya, penggunaan layanan yang berlebihan oleh praktisi medis, serta terlalu banyak rekomendasi perawatan kesehatan dikutip sebagai salah satu pendorong biaya paling signifikan, menurut survei yang dilakukan pada 75% responden.

VAKSIN COVID-19 - Petugas cargo Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, mengangkut vaksin Sinovac, Corona, Selasa (8/12/2020)
VAKSIN COVID-19 - Petugas cargo Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, mengangkut vaksin Sinovac, Corona, Selasa (8/12/2020) (Tribun Ambon/biro media_setpres)

Di saat yang bersamaan, lebih dari setengah responden (55%) juga melihat bagaimana anggota yang diasuransikan menggunakan perawatan secara berlebihan, yang menyebabkan biaya kesehatan semakin naik.

Selain itu, temuan tersebut juga melihat tiga faktor teratas yang mempengaruhi biaya perawatan kesehatan dan berada di luar kendali pemberi kerja dan vendor.

Motif mencari keuntungan dari penyedia layanan kesehatan muncul di tempat pertama, seperti disampaikan oleh 52% responden, diikuti oleh pengeluaran yang lebih tinggi untuk teknologi medis (49%) dan pengendalian serta pengobatan selama epidemi dan pandemi global (37%).

"Pandemi telah sangat meningkatkan kesadaran individu akan kesadaran dan kebersihan perawatan kesehatan pribadi," ujar Dewita.

Situasi ini juga semakin mempercepat adopsi dan penggunaan telehealth, yang dapat membantu mengimbangi potensi biaya yang lebih tinggi dengan cara yang lebih efisien bagi mereka yang diasuransikan, untuk mengakses dan menggunakan perawatan kesehatan di masa mendatang.

BPJS Kesehatan juga memberikan pertanggungan untuk semua perawatan medis terkait Covid-19, yang membantu menstabilkan biaya, meskipun diharapkan permintaan perawatan kesehatan swasta terus berlanjut," ujar Dewita Anggraeni.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas