Kekurangan Zat Besi Masih Jadi Ancaman Anak-anak Indonesia
Selain stunting, kekurangan zat besi jadi pekerjaan rumah untuk mencetak generasi emas Indonesia.
Editor: Sanusi
Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. menjelaskan, kekurangan zat besi tidak hanya memiliki dampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak.
Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisa dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif.
Kelak saat memasuki usia sekolah, ia rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa rentan jadi sulit bersaing di dunia kerja.
Hambatan ini nantinya juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi. Oleh karenanya, menjadi penting bagi orangtua untuk memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi, serta senantiasa memberikan stimulasi yang tepat untuk bisa mendorong pertumbuhan anak menjadi anak generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi, dan percaya diri.
Menyadari kekurangan zat besi bisa berdampak besar, dokter Nurul menyarankan agar melakukan pemeriksaan di laboratorium, konsumsi makanan protein hewani serta konsumsi makanan dan minuman yang telah difortifikasi zat besi.
Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan, pada lingkup kecil orangtua bertanggungjawab pada anaknya agar tumbuh kembangnya optimal. Salah satunya terpenuhinya zat besi.
Jika tidak ditangani, kekurangan zat besi dapat membuat Generasi Emas Indonesia tidak tumbuh secara optimal dan menghambat mimpi bangsa untuk menjadi negara maju pada perayaan 100 tahun Indonesia di tahun 2045.
"Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat dari kekurangan zat besi. Sehingga, dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri,” ujar Arif Mujahidin.
“Memastikan bahwa setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orangtua untuk bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik,” tutur Arif.
Dampak Kekurangan Zat Besi Pada Jangka Pendek
1. Menurunnya kognitif/kecerdasan
2. Menurunnya fungsi otak (attensi, pendengaran, visual berkurang), kurang responsif ketika guru menerangkan
3. Menurunnya fungsi motorik, lebih cepat lelah, tidak secekatan dengan teman-teman seusianya
Dampak Jangka Panjang
1. Menurunnya performa di sekolah (kemampuan berhitung, membaca, menulis, dan bahasa menjadi berkurang).
2. Perubahan attensi dan sosial karena kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar.
3. Perubahan perilaku (kurang aktif, tidak ceria, mudah lelah), cenderung penakut, peragu untuk mencoba hal baru.