Vitamin C Bantu Penyerapan Zat Besi
Untuk membantu penyerapan kalsium, vitamin D sangat diperlukan untuk kesehatan tulang
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini dikenal hubungan yang dekat antara kalsium dan vitamin D. Untuk membantu penyerapan kalsium, vitamin D sangat diperlukan untuk kesehatan tulang. Pada penyerapan zat besi, vitamin C sangat diperlukan.
"Vitamin C merupakan faktor yang meningkatkan penyerapan zat besi pada daging merah, unggas, dan ikan. Elektron dari vitamin C membantu mengubah Fe3+ (zat besi dari makanan) menjadi Fe2+ yang siap diserap ke dalam usus," ujar Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK dalam talkshow dengan tema 'kekurangan zat besi sebagai isu kesehatan nasional di Indonesia dan dampaknya terhadap kemajuan anak generasi maju' pada Kamis (17/12/2020).
Baca juga: Kekurangan Zat Besi Masih Jadi Ancaman Anak-anak Indonesia
Kekurangan zat besi dapat dicegah dengan memberikan anak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu pertumbuhan yang difortifikasi. Selain itu, orangtua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik.
“Jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, dan sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan. Tambahkan pula makanan dan minuman yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak,” tutur dr. Nurul.
Untuk mendapatkan asupan zat besi, selain asam askorbat (vitamin C), juga diperlukan kuprum (Cu), vitamin B6,B12, asam folat serta seng (Zn).
Sebaliknya hindari kopi dan teh saat makan. Tannin yang terdapat dalam teh dan kopi menghambat penyerapan zat besi. Sehingga harus diatur ketika mengonsumsi teh dan kopi agar tidak mengganggu penyerapan zat besi. Selain tannin, juga asam oksakat (berry, coklat,teh), fitat, serat, fosvitin (dalam kuning telur).
Konsumsi zat-zat ini jangan dibarengi ketika makan besar atau snack yang mengandung zat besi. Beri waktu atau tunggu sekitar 30 menit setelah makan baru mengonsumsi teh atau kopi.
Seperti diketahui kekurangan zat besi membawa dampak besar untuk tumbuh kembang anak. Baik jangka panjang dan juga pendek.
Sayangnya, satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia (Riskesdas 2018), di mana 50-60 persen kejadian anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi (Grantham-McGregor S, 2010).
Secara umum, penyebab kekurangan zat besi, seringkali disebabkan oleh:
1. Terlambat memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI). Idealnya MPASI diberikan mulai usia 6 bulan.
2.Pola konsumsi kurang asupan protein terutama hewani. Bisa saja faktor kebiasaan, takut makan daging atau ikan karena takut ada serat daging dan tidak segar.
3. Kurang konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan dan formula pertumbuhan.
4. Pemberian suplementasi zat besi tidak sesuai indikasi
5. Tidak patuh minum suplementasi karena keluhan mual.
6. Penyerapan zat besi yang tidak optimal