Pernah Jadi Wabah Terbesar dan Paling Kompleks, Kini Merebak Lagi di Afrika, Apa Itu Virus Ebola?
Virus Ebola dilaporkan kembali merebak di kawasan Afrika. Terkonfirmasi 14 Februari lalu tiga orang telah meninggal akibat virus Ebola di Guinea.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus Ebola dilaporkan kembali merebak di kawasan Afrika.
Menteri Kesehatan Guinea pada Minggu, 14 Februari 2021, mengonfirmasi setidaknya tiga orang telah meninggal akibat virus Ebola di Guinea.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) penyakit ebola merupakan penyakit dengan virus yang menyebabkan kematian tinggi.
Baca juga: WHO Perluas Investigasi, Epidemiolog: Ini Zoonotic Virus, Bukan Cari Asal Tempat, Tapi Jenis Hewan
Baca juga: Afrika Selatan Hentikan Suntikan Vaksin AstraZeneca karena Temuan Varian Baru Virus Corona
Dikutip dari keterangan Kementerian Kesehatan, wabah di Afrika Barat pada Maret 2014 adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak virus ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976.
Negara yang terkena dampak paling parah yakni, Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Enam negara di Afrika Barat yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) yaitu Liberia, Guinea, Sierra Leone, Nigeria, Sinegal, dan Mali dengan jumlah 28.652 kasus, dan 11.325 kematian, dengan total kematian/total kasus 39,52% (data WHO per 10 Juni 2016).
*Apa itu Virus Ebola?*
Virus Ebola awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus, merupakan anggota keluarga filovirus.
Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
*Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi*
Gejala penyakit virus ebola ini didahului demam yang tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.
Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 21 hari.