Meski Tinggi, Angka Penderita Kanker Prostat di Indonesia Masih di Bawah Eropa dan Amerika
Penderita kanker prostat menempati urutan ke-4 terbanyak di Indonesia dengan angka mencapai sekitar 25.012 orang.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penderita kanker prostat menempati urutan ke-4 terbanyak di Indonesia dengan angka mencapai sekitar 25.012 orang.
Rata-rata mereka yang menderita penyakit ini didiagnosis saat memasuki stadium lanjut.
Konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi di Siloam Hospitals Asri, Prof dr Chaidir Arif Mochtar Sp U (K), PhD mengatakan Indonesia memang memiliki jumlah penderita kanker prostat yang cukup tinggi.
Namun jika dilihat dari ras, Indonesia sebagai negara di Asia tergolong lebih sedikit terkena penyakit ini dibandingkan dengan Eropa dan Amerika.
Baca juga: Pemicu Kanker Prostat, Satu di Antaranya Keturunan
"Meskipun kanker prostat tinggi di Indonesia, dibandingkan di Eropa dan Anerika, dari rasnya, orang Asia itu lebih sedikit terkena kanker prostat," ujar Prof Chaidir, dalam agenda virtual bertajuk 'World Cancer Day 2021', Rabu (17/2/2021).
Ia menyebutkan orang kulit hitam menempati urutan tertinggi penderita kanker prostat, sedangkan yang paling rendah adalah Asia.
"Yang paling tinggi kan orang kulit hitam, kemudian kulit putih, hispanik dan kemudian Asia," jelas Prof Chaidir.
Kendati demikian, ia menilai gejala dan faktor pemicu penyakit ini perlu diketahui agar bisa dilakukan deteksi sejak dini.
Faktor genetik pun menjadi satu dari sejumlah pemicu munculnya penyakit kanker prostat.
Baca juga: Umumnya Kanker Prostat Dialami Laki-laki Berusia di Atas 50 Tahun
Orang yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker, berpotensi mengalami penyakit yang sama.
Prof Chaidir mengatakan beberapa penderita kanker prostat memang ada yang berusia di bawah 50 tahun.
Sementara mereka yang berusia lebih dari 50 tahun, mendominasi angka penderita penyakit ini.
"Usia (penderita kanker prostat) memang jarang sekali di bawah 50 tahun dan mungkin ada beberapa kasus yang usianya 40-an," kata Prof Chaidir.