Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Terapi Tusuk Jarum Ko Amuk, Saraf Kejepit 8 Tahun Langsung Sembuh

Mulyadi Wong (75), akrab dipanggil Ko Amuk, memberikan layanan terapi tusuk jarum secara gratis. Terapi tusuk jarum yang dilakukan Ko Amuk sangat

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Terapi Tusuk Jarum Ko Amuk, Saraf Kejepit 8 Tahun Langsung Sembuh
Tribunnews/Irwan Rismawan
Mulyadi Wong atau Ko Amuk (75) melakukan terapi tusuk jarum kepada News Director Tribun Network, Febby Mahendra Putra di kediamannya di Jakarta, Jumat (26/2/2021). Tribunnews/Irwan Rismawan 

Chu Han Chang, lanjut Ko Amuk, adalah penemu sekaligus pencipta ilmu tusuk jarum ini. Selain itu, teknik tusuk jarum acupotomy masih sangat muda.

"Baru sekitar, 40 tahun belum ada, usia dari teknik ini. Saya belajar ke Beijing tidak lama, paling seminggu. Kita kan dikasih buku, satu koper, kita latih sendiri," jelas Ko Amuk.

Belajar Tusuk Jarum Sejak Tahun 80an

*Ko Amuk mempelajari teknik tusuk jarum sejak tahun 1980. Menurutnya, pada masa Orde Baru itu, ada banyak praktisi tusuk jarum di kawasan Pulo Gebang.
"Mulai tahun 1980. Mula-mula di sini (Pulo Gebang) dulu banyak guru-guru tusuk jarum," tutur dia.

Ko Amuk belajar praktik tusuk jarum dari dua orang guru. Namun, ia belajar kurang lebih hanya satu tahun. Selebihnya teknik tusuk jarum ia pelajari dari buku-buku yang dibeli langsung dari China.

"Belajar sih dari dua orang, tapi yang saya itu lebih banyak baca buku, yang kita beli dari China. Yang penting membaca itu, hurufnya huruf China," jelas Ko Amuk.

Ide Ko Amuk mempelajari praktik tusuk jarum yaitu didasari keadaan hidup kaum Tionghoa pada masa Orde Baru. Pada masa itu, kata Ko Amuk, mendapat kesulitan ekstra dalam proses mendirikan usaha.

Berita Rekomendasi

"Macam-macam lah, tiap tahun banyak gangguan-gangguan (pungutan-pungutan) jadi kita pusing," kata Ko Amuk.

Ko Amuk saat itu hanya memiliki sebuah toko kecil. "Dagang kan dagang warung kita, tidak seperti sekarang. Warung kecil dulu, dagang permen, dagang begitu-begitu, warung kecil," tutur dia.

Selain itu, Ko Amuk juga hanya mengemban pendidikan hingga sekolah menengah pertama (SMP). Kehidupan yang serba terbatas membuat Ko Amuk berkeinginan untuk memiliki satu keahlian.

Keahlian yang kiranya dapat membantu menyambung hidup.

"Saya pikir, saya sekolah sampai SMP. Sedangkan saya tidak bisa apa-apa, kalau tidak punya satu skill, ke depannya bagaimana kita hidup," tutur dia.

Hingga akhirnya Ko Amuk melihat sebuah iklan di koran. Iklan tersebut berisi tawaran belajar tusuk jarum.

"Kebetulan saat itu ada yang pasang iklan di koran, mengajarkan tusuk jarum. Ya sudah saya berangkat, belajar, begitu ceritanya," pungkas Ko Amuk.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas