Fakta Tentang Hipospadia yang Diidap Aprilia Manganang, Ada 3 Jenis dan Belum Diketahui Penyebabnya
Berikut ini adalah fakta-fakta dan penjelasan tentang apa itu hipospadia yang diidap oleh mantan Atlet Voli Putri, Aprilia Santini Manganang.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa mengumumkan perubahan identitas prajurit TNI AD, Sersan Dua Aprilia Santini Manganang yang sebelumnya dikenal sebagai perempuan menjadi laki-laki.
Ternyata, hal tersebut dikarenakan Aprilia Manganang mengalami kelainan organ reproduksi sejak lahir, yaitu hipospadia.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, jenis kelamin Aprilia ini diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Baca juga: Apa Itu Hipospadia? Kelainan yang Diidap Aprilia Manganang sejak Lahir, Simak Pengertiannya
Baca juga: Cerita Unik Aprilia Manganang Saat Masih Perempuan, Cuma Mau Pakai Rok Bila Lee Min-ho Melamar
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, Aprilia ternyata lebih banyak memiliki organ sebagai seorang laki-laki.
Bahkan, menurut Andika, Aprilia sama sekali tak memiliki organ internal kelamin wanita.
"Dari hasil pemeriksaan itu, dilihat dari urologi, ternyata Sersan Manganang lebih memiliki organ-organ jenis kelamin laki dan bahkan tidak ada organ internal jenis kelamin wanita," terang KSAD Andika Perkasa, Selasa (9/3/2021)
Baca juga: Aprilia Manganang Laki-laki, Sahkah Medali Saat Dia Perempuan? Ini Langkah Kemenpora
Baca juga: Aprilia Manganang Ternyata Seorang Pria, Mantan Libero Timnas Indonesia Beri Dukungan & Semangat
Apa Itu Hipospadia?
Dilansir oleh laman resmi CDC, hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra tidak terletak di ujung penis.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama minggu ke 8-14 kehamilan.
Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum.
Perlu diketahui, anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung.
Mereka mungkin memiliki masalah dengan penyemprotan urin yang tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.
Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.
Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.
Baca juga: Reaksi Aprilia Manganang saat Dipastikan Laki-laki dan Jalani Operasi: Selama 28 Tahun Saya Menunggu
Baca juga: Soal Aprilia Manganang, Begini Respons Kemenpora Soal Medali SEA Games yang Diraih
Terdapat 3 Jenis Hipospadia
Ternyata hipospadia memiliki tiga jenis yang berbeda.
Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra.
Ketiga jenis hipospadia tersebut di antaranya:
1. Subkoronal : Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
2. Poros tengah : Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.
3. Penoscrotal : Pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.
Baca juga: Kini Sah Menjadi Laki-laki, Bagaimana Nasib Aprilia Manganang di TNI?
Baca juga: Mantan Atlet Voli Putri RI Aprilia Manganang Dipastikan Pria, Suara Bergetar Ditanya Jenderal Andika
Belum Diketahui Apa Penyebabnya
Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 1 dari setiap 200 bayi lahir dengan hipospadia di Amerika Serikat, menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.
Namun, penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui.
Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain.
Seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungannya, atau makanan atau minuman ibu, serta obat-obatan tertentu yang ia gunakan selama kehamilan.
Baca juga: CERITA Aprilia Manganang, Alami Hipospadia, Pernah Cedera Kaki karena Pakai High Heels
Baca juga: Profil Aprilia Manganang, Mantan Atlet Voli yang Kini Jadi Laki-laki, Alami Hipospadia sejak Lahir
Faktor yang Memengaruhi Hipospadia
Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, yaitu:
- Usia dan berat: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Baca juga: Jalani Bedah Korektif karena Idap Kelainan Hipospadia, Aprilia Manganang Mengaku Bahagia
Baca juga: Fakta-fakta Seputar Aprilia Manganang, Dari Mantan Atlet Voli hingga Kepastian Laki-laki
Perawatan Hipospadia
Hipospadia biasanya bisa didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.
Untuk perawatannya tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut.
Namun, sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.
Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3–18 bulan.
Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.
Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi mungkin termasuk menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.
Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan perbaikan, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Pravitri Retno Widyastuti)