Pelacakan Kasus TBC Terganggu Selama Pandemi Covid-19
Pelacakan kasus kontak TBC terkendala kebijakan PSBB hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM)
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat pelacakan kasus Tuberkulosis menurun di Indonesia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, sama seperti Covid-19, dari satu kasus TBC positif pelacakan kontak melibatkan 10-15 orang.
"Tapi dikarenakan situasi pandemi ini mengakibatkan kegiatan untuk mencari penemuan kasus kontak ini menjadi terhambat," ungkapnya dalam kegiatan Temu Media secara virtual Hari Tuberkulosis tahun 2021, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Pembatasan Sosial saat Pandemi Turut Batasi Akses Pasien TBC ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Padahal, Kemenkes memperkirakan di tahun 2020 ada 845.000 kasus TBC ditemukan. Namun sepanjang 2020 ternyata hanya 349.549 kasus yang ditemukan.
Sehingga, jika dibandingkan di tahun 2018 dan 2019 maka di tahun 2020 hanya 30% kasus yang ditemukan itu.
"Kalau 2 tahun yang lalu itu hanya 30% yang belum ditemukan kalau sekarang baru 30% yang ditemukan.
Baca juga: Jaga Tren Penurunan Kasus Aktif, Pemprov DKI Perpanjang Masa PSBB Sampai 8 Maret 2021
Jadi ini yang tentunya menjadi alarm untuk kita di 2021 untuk segera bisa kembali kepada jalur untuk kita segera menemukan jumlah kasus sesuai dengan estimasi," jelas Nadia.
Ia menjelaskan, pelacakan kasus kontak TBC terkendala kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga upaya pelacakan kontak harus dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan.
Selain itu, masyarakat memiliki keengganan mengunjungi faskes terdekat untuk memeriksakan diri atau mengambil obat, lantaran takut terpapar Covid-19 jika berada di rumah sakit maupun faskes ini.