Epidemiolog Sebut Mutasi Corona E484K Bisa Turunkan Efikasi pada Vaksin dan Reinfeksi
Belum tuntas mutasi B117 di Indonesia, kini muncul mutasi baru yaitu E484K. Mutasi ini nyatanya sudah terdeteksi sejak Februari 2021.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belum tuntas mutasi B117 di Indonesia, kini muncul mutasi baru yaitu E484K. Mutasi ini nyatanya sudah terdeteksi sejak Februari 2021.
Mutasi virus corona ini terjadi pada berbagai varian virus Corona yaitu B.1.1.7 asal Inggris, B1351 asal Afrika Selatan dan P1 asal Brasil.
Hal ini diungkapkan oleh ahli epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman.
Mutasi ini menurut pemaparan Dicky, dapat mengurangi efikasi dari vaksin.
Baca juga: Epidemiolog Sarankan Kalau Belum Vaksin Lebih Baik Jangan Mudik
Baca juga: Kasus Varian Corona Eek atau E484K yang Heboh di Tokyo Ditemukan di Jakarta, Lebih Cepat Menular
Di sisi lain, dampak yang cukup mengkhawatirkan dari virus ini adalah bisa terjadinya sebuah resisten. Dimana, virus bisa bertahan dari imunitas di dalam tubuh.
"Mutasi ini disebut bisa menghindari sistim pertahanan tubuh atau imun. Sehingga mutasi virus ini menjadi lebih meningkat kemampuan dalam menginfeksi bahkan reinfeksi," katanya saat diwawancara, Selasa (6/4/2021).
Reinfeksi merupakan situasi terinfeksi kembali setelah dinyatakan sembuh.
Selain itu Dicky juga menyebutkan tubuh membutuhkan lebih banyak serum antibodi untuk mencegah infeksi pada sel tubuh akibat mutasi virus E484K ini.
Oleh karena itu menurut Dicky perlu ditingkatkan kembali kualitas dan kuantitas dalam meningkatkan protokol kesehatan.
"Kita harus sangat serius meningktkan 3T dan 5M. Nah hal lain menjadi catatan bahwa betul vaksinasi untuk varian B117 sebelumnya efektif. Kalau E484K ini masih dalam tanda tanya," katanya lagi.