Epidemiolog: BBM Oktan Rendah Ganggu Kesehatan Manusia
Dicky Budiman memaparkan dampak buruk yang dapat terjadi bagi kesehatan tubuh manusia saat terpapar polusi udara.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Nur Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timbulnya berbagai macam penyakit saat ini di dunia maupun di Indonesia khususnya menjadi hal penting yang harus segera dibenahi.
Adapun penyebab terjadinya pandemi diakibatkan oleh perilaku manusia itu sendiri yang dapat menyebabkan banyaknya kerusakan dan pencemaran.
Baca juga: Shell Jual BBM Berstandar Euro 4 Seharga Rp 11.280 Per Liter
Pada era 2020 beberapa macam penyakit sudah mulai bermunculan dan akan lebih sering terjadi, hal itu disampaikan langsung dari pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman.
“Memang era 2020 ke atas ini kita menghadapi ancaman pandemi lebih sering, nah penyebabnya adalah prilaku manusia itu sediri yang lahir menyebabkan kerusakan,” ucap Dicky kepada Tribunnews.com, Selasa (23/2/2021).
Selain menimbulkan kerusakan, dirinya juga menyebutkan pencemaran air dan pencemaran udara juga mejadi dua hal utama sebagai penyebaran virus atau penyakit.
Satu di antara pencemaran udara adalah penggunaan BBM dengan nilai oktan atau Research Octan Number (RON) rendah seperti bensin premium.
Baca juga: Wujudkan Kualitas Udara Sehat dan Bersih, Kota Jambi Siap Laksanakan Program Langit Biru
Dicky Budiman memaparkan dampak buruk yang dapat terjadi bagi kesehatan tubuh manusia saat terpapar polusi udara.
“Besar kemungkinan dampak dari polusi udara dari BBM bisa meningkatkan risiko kanker, gangguan pernafasan dan gangguan jantung, serta pembuluh darah”, ucapnya.
“Dengan kadar 0,5 PPM saja sudah menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan. Pada konsentraasi yang lebih tinggi akan menyebabkan kerusakan ginjal, hati, system saraf pusat, dan system reporduksi,” tambahnya.
Baca juga: Untuk Udara Lebih Bersih, Pertamina Terapkan Program Langit Biru di Pontianak dan Mempawah
Tak lupa dirinya juga memberikan solusi guna menerapkan lingkungan dan polusi udara yang sehat dari penggunaan BBM dengan oktan rendah.
“BBM dengan oktan rendah itu bisa digantikan dengan yang lebih tinggi oktannya, harus diubah dunia mengarah ke oktan rendah bahkan bebas. Kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan seperti gas juga bisa menjadi alternatif untuk penyebaran penyakit dalam polusi udara.” Katanya.
Namun, semua hal yang menyebabkan penyakit yang berdampak pandemi saat ini tetap kembali pada perilaku manusianya sendiri.
“Nah tapi kembali pada penyebab penyakit yaitu pada prilaku manusia yang mengabaikan keseimbangan kesehatan manusia, hewan dan lingkungan,” ujaranya.
Oleh karena itu, perlu perluasan Program Langit Biru untuk mendorong kesadaran masyarakat terkait pentingnya penggunaan BBM berkualitas dengan oktan tinggi, agar kualitas udara menjadi lebih baik bahkan sehat.