Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Risiko Anak Tumbuh di Kualitas Udara yang Buruk

meski masih menjadi berdebatan, polusi udara yang terpapar pada anak dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kanker kelenjar getah bening.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
zoom-in Risiko Anak Tumbuh di Kualitas Udara yang Buruk
Pexels.com/Pixabay
Ilustrasi 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kualitas udara yang buruk membuat tumbuh kembang anak terganggu.

Polusi udara terutama dari asap kendaraan bermotor berpotensi menyebabkan risiko kanker dan penyakit pernafasan pada anak.

Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogyakarta Dr.dr. Sri Mulatsih., Sp.AK., MPH mengatakan, meski masih menjadi berdebatan, polusi udara yang terpapar pada anak dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kanker kelenjar getah bening.

Baca juga: Epidemiolog: BBM Oktan Rendah Ganggu Kesehatan Manusia

"Sampai saat ini masih kontroversi. Ada penelitian di Denmark, yang menyimpulkan seperti itu (paparan polusi udara jangka panjang bisa meningkatkan risiko kejadian kanker kelenjar getah bening)" ujarnya kepada Tribunnews.com.

Sri menjelaskan, dari banyak penelitian telah dibuktikan bahwa faktor utama perkembangan kanker ganas adalah faktor lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia.

Baca juga: Wujudkan Kualitas Udara Sehat dan Bersih, Kota Jambi Siap Laksanakan Program Langit Biru

Menurut penelitian WHO, 35% kematian yang disebabkan oleh kanker di seluruh dunia disebabkan oleh faktor risiko yang berpotensi dapat diubah akibat gaya hidup.

Berita Rekomendasi

Didalamnya termasuk merokok dan konsumsi alkohol.

Lalu untuk negara-negara dengan pendapatan rendah, sedang dan tinggi, infeksi, parasit, paparan sinar ultraviolet dan menggunakan perangkat yang memancarkan radiasi ultraviolet, lingkungan merokok tembakau, faktor makanan, terapi penggantian hormon, serta paparan radiasi pengion, juga dapat memicu kanker.

Oleh karena itu ujar Sri, pola hidup sehat sangat dianjurkan mulai masa kehamilan sampai saat ibu dan keluarga mengasuh anak.

Meski demikian, ia mengingatkan faktor risiko kanker anak bisa berasal dari faktor internal tubuh anak, kanker anak tidak sepenuhnya bisa dicegah, namun bisa dideteksi secara dini, dengan harapan bisa ditemukan secara awal, dan bisa dilakukan pengobatan secara lebih awal.

"Deteksi dini kanker pada anak menjadi tanggung jawab semua, termasuk orang tua, petugas kesehatan mulai pelayanan primer sampai tersier. Cara melakukan deteksi dini kanker pada anak bisa menggunakan pedoman dari WHO, dengan wawancara secara mendalam keluhan anak, observasi dan pemeriksaan fisik anak secara teliti," ujar dia.

Infeksi saluran pernapasaan, seperti ISPA dan pneumonia juga turut ambil bagian sebagai penyakit yang rentan diderita anak-anak yang ditinggal di perkotaan dengan arus kendaraan padat.

Penyakit infeksi itu disebabkan, karena udara yang kotor bisa mempermudah penyebaran kuman dan virus penyebab infeksi.

Selain gangguan pernapasan, anak-anak yang sering terpapar polusi udara juga berisiko besar mengalami gangguan tumbuh kembang dan gangguan belajar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa kebanyakan polusi tersebut berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, seperti bensin yang beroktan rendah.

Untuk itu diperlukan kepedulian bersama bahwa kondisi udara yang bersih dan sehat sangat penting bagi anak-anak dan keluarganya.

PT Pertamina (Persero) juga mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang memiliki kadar oktan (Research Octane Number/RON) tinggi, melalui Program Langit Biru(PLB).

Adapun jenis BBM yang memiliki kadar oktan tinggi yaitu Pertalite dengan RON 90, Pertamax RON 92, dan Pertamax Turbo RON 98.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas