Mereka yang Lebih Banyak Aktivitas di Luar Berisiko Tinggi Terkena Katarak
Mereka yang lebih banyak memiliki aktivitas atau pekerjaan di luar ruangan (outdoor), memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit katarak.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Mata Sub. Spesialis Katarak Bedah Refraktif dari PMN Rumah Sakit Mata Cicendo, dr. Andrew M Knoch, Sp.M(K), M.Kes, mengatakan bahwa mereka yang lebih banyak memiliki aktivitas atau pekerjaan di luar ruangan (outdoor), memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit katarak.
Hal itu karena paparan sinar ultraviolet yang diterima mata saat melakukan kegiatan di luar ruangan dapat berakibat buruk pada organ penglihatan tersebut.
"Ada kecenderungan sehari-hari ada di luar ruangan, misal pekerjaan sebagai petani, kemudian nelayan, berkebun banyak terpapar ultraviolet, nah dia ini lebih berisiko untuk terkena katarak," ujar dr Andrew, dalam talk show live Instagram @radiokesehatan, Senin (21/6/2021).
Baca juga: NU Care-LAZISNU Gelar Operasi Katarak dan Khitanan Gratis
Baca juga: Cerita Mochamad Ndate Benge yang Gunakan JKN-KIS untuk Operasi Katarak
Ia pun menyarankan mereka yang berisiko tinggi terkena paparan ultraviolet untuk selalu melindungi mata melalui pemakaian topi berukuran besar maupun kaca mata yang memiliki filter ultraviolet saat beraktivitas di luar rumah.
"Jadi mencegahnya adalah kalau misalnya keluar, diharapkan misal (untuk petani atau nelayan) pakai topi yang besar seperti caping, atau misal (yang beraktivitas outdoor lainnya) memakai kaca mata pelindung, paling bagus itu kalau kaca matanya ada filter untuk ultraviolet," tegas dr Andrew.
Terkait penyakit katarak ini, ia kemudian menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang masih cenderung enggan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), termasuk untuk organ mata.
Hal itu karena sebagian besar dari mereka yang mengklaim dalam kondisi sehat merasa bahwa 'tubuh mereka baik-baik saja'.
Padahal pemeriksaan kesehatan secara rutin penting dilakukan untuk mengetahui sejak dini jika ada potensi penyakit yang muncul.
"Kita disarankan melakukan pemeriksaan secara rutin ketika kita sedang sehat, tetapi kadang-kadang itu sulit dilakukan," kata dr Andrew.
Menurutnya, rata-rata pasien melakukan konsultasi ke rumah sakit jika telah mengalami gejala.
Mirisnya, diantara mereka, banyak yang baru memeriksakan diri saat kondisi penyakitnya telah memasuki kategori berat.
"Yang kita kerjakan itu biasanya kalau ada gejala, kalau sudah muncul sesuatu, baru kita lakukan pemeriksaan. Beberapa pasien bahkan baru datang periksa ketika kondisinya sudah cukup berat," jelas dr Andrew.
Sehingga ia menilai kesadaran masyarakat terkait pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin masih sangat minim.
"Jadi secara umum saya sampaikan bahwa kesadaran memang kurang," pungkas dr Andrew.
Tidak sedikit masyarakat yang mengalami katarak pada matanya lantaran terlambat menyadari gejala penyakit ini.