Mengenal Perbedaan Terapi Secretome dengan Stem Cell Pada Covid-19 Beserta Manfaatnya
Sampai saat ini, penelitian terkait pengobatan Covid-19 masih terus berjalan. Stem Cell menjadi salah satu pengobatan alternatif yang terpikirkan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sempat terdengar stem cell atau sel punca sebagai pengobatan Covid-19, kini ada istilah secretome.
Lantas apa perbedaan dari keduanya? Menurut dokter spesialis dalam, dr Andi Khomeini Takdir Sp PD, keduanya saling berkaitan.
Sampai saat ini, penelitian terkait pengobatan Covid-19 masih terus berjalan. Stem Cell menjadi salah satu pengobatan alternatif yang terpikirkan.
Sel ini memiliki kemampuan meregenerasi kerusakan pada tubuh. Sehingga, dapat memperbaiki beberapa organ tubuh yang. Namun, kata dr Andi, terapi ini bukan pengobatan murah.
Baca juga: Panglima TNI Pakai Secretome untuk Booster Vaksin Sinovac, Ini Penjelasan Dokter Pribadinya
"Maka dipikirkan terapi secretome. Apa perbedaannya dengan stem cell? Stem cell kalau dianalogikan adalah orangnya, kalau dianalogikan. Kalau secretome hasil metabolit nya," ungkap dr Andi pada talkshow virtual, Kamis (23/9/2021).
Baca juga: Orang dengan Komorbid Disarankan Tetap Minum Obat Rutin saat Terpapar Covid-19
Secretome adalah sel yang memiliki kemampuan immunimodulator karena mampu mengeluarkan molekul molekul anti inflamasi IL-10.
Molekul ini bersifat anti inflamasi yang memiliki peran dalam meredakan inflamasi atau badai sitokin akibat infeksi termasuk badai sitokin akibat infeksi Covid -19.
Baca juga: Benarkah Pemberian Obat Malah Picu Terjadinya Badai Sitokin ? Begini Penjelasan Dokter
Sampai saat ini terapi ini belum dilakukan secara luas di Indonesia, belum masuk dalam tahapan terapi dalam protokol terapi Covid-19.
Beberapa komponen secretome memang dianggap bisa menyembuhkan organ-organ pasien Covid-19 yang rusak. Ini bisa membantu pasien covid.
"Meski begitu, pengobatan ini masih dalam kerangka penelitan. Dan belum dipatenkan sebagai obat baku untuk Covid-19," katanya lagi.
Di sisi lain, kata dr Andi, beberapa pasien yang menggunakan terapi ini memperlihatkan dampak yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari gejala berat hingga ringan.
"Kalau dilihat efektifitsnya, sebenarnya kami memang belum bisa mengumumkan hasil akhir penelitian berbasis pelayanan. Namun saat dilakukan pada pasien Covid-19 dan long covid, sampai saat ini hasil cukup bagus," paparnya.
Ia menyebutkan jika hampir tidak ada efek samping. Selain itu, dr Andi menyebutkan pasien yang menggunakan terapi ini lebih cepat pulih ketimbang yang tidak.
"Kemudian melihat bahwa ada pasien lain, ini kasusnya masih per case ya. Ada pasien dengan pneumonia atau radang paru, kita berikan secretome. Dalam hitungan seminggu, radang paru yang signifikan berkurang," pungkasnya.
Namun menurut dr Andi, penelitian masih berlanjut dan perlu ditingkatkan lagi dalam memantau data dan pasien.
Sehingga saat ini masih belum bisa mengumumkan hasil. Tapi secara kritikal, terapi secretome cukup terbukti dapat membantu pasien.Bukan hanya Covid-19, tapi juga komorbid.