Penderita Hipertensi Seperti Tukul Arwana Berpotensi Alami Pecahnya Pembuluh Darah
Tukul Arwana pertama kali dalam kondisi hipertensi hingga akhirnya terjadi pendarahan luas di bagian otak. Bagaimana bisa terjadi?
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tukul Arwana diketahui dalam kondisi hipertensi saat dilarikan ke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Jakarta.
Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa pihaknya menerima Tukul Arwana pertama kali dalam kondisi hipertensi hingga akhirnya terjadi pendarahan luas di bagian otak.
Saat di di IGD tekanan darah pelawak Tukul Arwana sekitar 200-an tensinya.
Baca juga: Penjelasan Dokter Tentang Pendarahan Otak Tukul Arwana, Berawal dari Hipertensi yang Tak Terkontrol
Baca juga: Tukul Arwana Masih Pemulihan, Bagaimana dengan Kontrak Kerja, Ini Kata Manajer Soal Itu
Tentang hubungan hipertensi dan pendarahan di otak Direktur RS Pusat Otak Nasional, Mursyid Bustamie memaparkan, sekitar 20% stroke pendarahan disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah dengan penyebab utamanya karena tingginya faktor risiko tertentu.
Adapun faktor risiko dari stroke dan menjadi common respector diantaranya diabetes, hipertensi, pola makan yang buruk, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, alkohol, dan narkotika.
''Kalau stroke pendarahan biasanya adalah penderita hipertensi. Yang terjadi adalah tidak kuatnya pembuluh darah menahan tekanan darah yang tinggi, sehingga terjadilah kebocoran,'' ujarnya beberapa waktu lalu.
Mursyid membeberkan, faktor risiko stroke pendarahan ada 2 yakni yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan.
Faktor risiko yang bisa dikendalikan sebaiknya dicegah sedini mungkin dengan mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Manajer Sebut Tukul Arwana Jalani Perawatan di Rumah Sakit hingga 14 Hari ke Depan
Baca juga: Kondisi Tukul Membaik, Putranya Ega Prayudi Kembali ke Tempat Tugas, Jalani Kewajiban sebagai Polisi
Tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, batasi konsumsi gula, garam dan lemak.
Sementara untuk faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan yakni umur, genetik jenis kelamin.
Untuk mengetahuinya sebaiknya melakukan cek kesehatan secara berkala untuk mengetahui riwayat kesehatan sehingga apabila ada kelainan dalam tubuh bisa diketahui dan diantisipasi sedini mungkin.
''Untuk mengetahui itu, maka dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari faktor risiko sehingga bisa kita kendalikan secepatnya,'' terangnya.
Tentang Efek Samping dan Pendarahan
Direktur RS Pusat Otak Nasional, Mursyid Bustamie juga memberi penjelasan terkait disinformasi yang beredar bahwa vaksinasi Covid-19 menyebabkan efek samping serius yakni terjadinya pendarahan dalam tubuh.
Pihaknya menegaskan bahwa informasi tersebut tidaklah benar. Hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang kuat dan valid yang menunjukkan bahwa ada kaitan antara pemberian vaksin Covid-19 dengan pecahnya pembuluh darah.
Jika ada efek samping dari pemberian vaksinasi Covid-19, sifatnya ringan dan mudah diatasi seperti demam, nyeri, mengantuk, lapar dan lain-lain.
Baca juga: Keluarga Tukul Arwana Bantah Penyebab Stroke Akibat Vaksin
Baca juga: Klarifikasi Dokter Soal Kabar Tukul Pendarahan Otak karena Vaksin Covid-19, Sebut Pemicu Stroke
Efek ini biasanya tidak berlangsung lama, maksimal 2 hari pasca penyuntikan vaksin.
"Terkait adanya info bahwa vaksin berisiko menyebabkan stroke pendarahan otak, kami klarifikasi bahwa secara ilmiah pun tidak ada hubungan antara stroke pendarahan dengan vaksin Covid-19," imbuhnya.