Jangan Abaikan Kebas dan Kesemutan, Bisa Jadi Tanda Kadar Gula Tinggi
Kebas dan kesemutan merupakan salah satu gejala umum neuropati diabetik atau gangguan saraf yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kebas dan kesemutan merupakan salah satu gejala umum neuropati diabetik atau gangguan saraf yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
Meski begitu, kondisi ini seringkali tidak disadari sejak awal karena gejalanya yang masih dianggap remeh.
Dokter Konsultan Endokrinologi, Metabolik dan Diabetes, Dr dr Tri Juli Edi Tarigan Sp PD KEMD mengatakan, neuropati adalah kondisi gangguan saraf tepi dengan keluhan tertentu.
"Penyebabnya bisa beragam tapi yang paling banyak adalah karena kadar gula tinggi atau neuropati diabetik," kata Tri Juli saat webinar awam bertajuk ‘Diabetisi Fit di Era Pandemi yang diadakan PERKENI Jakarta dan P&G Health Indonesia belum lama ini.
Umumnya, neuropati diabetik gejalanya mulai dari kebas, kesemutan, mati rasa, nyeri, rasa tebal, rasa berpasir, rasa dingin, panas, terbakar, hingga yang paling berbahaya adalah hilangnya sensitivitas proteksi sehingga tidak bisa merasakan ketika terluka.
Baca juga: Lima Langkah Gaya Hidup Sehat untuk Bantu Atasi Diabetes Ala Konsep Karnus
"Ini bisa mengakibatkan luka atau cidera yang dapat berujung pada amputasi,” katanya.
Tri Juli menambahkan, kebas dan kesemutan bisa jadi merupakan gejala awal dan tidak boleh diabaikan.
Jika berulang, sebaiknya segera periksa ke dokter, karena mungkin saja Anda tidak sadar sudah menderita diabetes dan sudah mengalami komplikasi.
"Deteksi dini akan membantu pasien mendapatkan penanganan sejak awal, sebelum terjadi kerusakan saraf yang semakin parah. Salah satu cara mengurangi gejala neuropati adalah dengan melakukan latihan fisik atau berolahraga, serta mengkonsumsi vitamin untuk saraf jika perlu,” kata dr Tri.
Dalam kesempatan yang sama, dr Ade Jeanne Domina L Tobing, Sp KO, Spesialis Kedokteran Olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) mengatakan, salah satu cara untuk mencegah neuropati, perlu melakukan latihan fisik seperti senam Neuromove.
Senam ini mengandung gerakan-gerakan dasar senam dan gerakan-gerakan khusus, seperti menyilang batang tubuh, koordinasi bola mata, tangan, keseimbangan, dan fokus pada gerakan stretching untuk peregangan yang dapat menghindari cedera dan mencegah gejala neuropati.
Gerakan senam Neuromove yang berdurasi 30 menit terdiri dari Latihan Pemanasan (aerobik intensitas ringan dan peregangan), Gerakan Inti (aerobik intensitas sedang dengan ketrampilan dan keseimbangan), dan diakiri dengan Latihan Pendinginan.
"Senam neuromove gerakannya didesain khusus untuk mengaktifkan sel-sel saraf dan meningkatkan fungsi saraf serta otak kanan-kiri, sehingga fungsi kognitif seperti memori, emosi, konsentrasi menjadi lebih baik," katanya.
Selain mencegah neuropati, kata dia Neuromove juga dapat meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot, serta meningkatkan ketahanan jantung –paru dan peredaran darah.
Dr. Yoska Yasahardja, Medical & Technical Affairs Manager P&G Health Indonesia mengatakan, inisiatif penyelenggaraan webinar ini sebagai bagian dari upaya untuk terus mengedukasi masyarakat terkait gangguan saraf neuropati, dengan gejala kebas dan kesemutan yang seringkali dianggap remeh.
"Melalui kampanye #Anti2K atau Anti Kebas dan Kesemutan melalui media sosial kami berharap masyarakat akan lebih memahami mengenai gejala ini, tidak lagi meremehkan kebas atau kesemutan yang berulang dan tergerak untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat dan aktif di masa pandemi ini," kata Yoska.