Faktor Ekonomi Jadi Penyebab Tingginya Angka Stunting di DKI Jakarta
Gizi buruk pada anak balita masih menjadi pusat perhatian bagi Pemerintah saat ini.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gizi Buruk pada anak balita masih menjadi pusat perhatian bagi Pemerintah saat ini.
Diketahui bahwa Gizi Buruk pada anak akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya atau stunting.
Untuk di wilayah DKI Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta tahun 2020, jumlah yang memiliki gizi kurang sebanyak 6.047 balita.
Wilayah Jakarta Timur menyumbang kasus balita gizi buruk tertinggi yaitu sebanyak 1.826 balita.
Sedangkan Jakarta Selatan sebanyak 108 balita, Jakarta Pusat sebanyak 989 balita, Jakarta Barat sebanyak 1.823 balita, dan Jakarta Utara sebanyak 498 balita.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri menargetkan angka stunting turun hingga 0 persen.
Baca juga: Megawati Launching Percepatan Program Kampung Keluarga Berkualitas Gotong Royong Bebas Stunting
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Timur H.R Krisdianto mengatakan hal ini diperparah oleh kondisi Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Banyak keluarga yang terpaksa putus kerja atau dirumahkan. Sehingga berdampak pada ekonomi keluarga.
Ekonomi keluarga ini berdampak pula terhadap pemberian nutrisi kepada anak-anak.
"Nutrisi yang kurang di berikan kepada balita, berdampak sangat panjang. Sehingga pastinya menimbulkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia rentan," ungkap Krisdianto pada keterangan resmi, Kamis (27/1/2022).
Di sisi lain Managing Director Amway Indonesia, Leo Boon Wong mengatakan nutrisi dan kesehatan holistik sangat penting bagi konsumen dan masyarakat Indonesia.
"Sejalan dengan visi kami mendukung kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat, Amway Indonesia berkomitmen memberikan dampak sosial yang nyata melalui berbagai inisiatif sosial," kata Leo.
Baca juga: Ketua IDAI Sebut Anak yang Paling Terdampak Signifikan karena Pandemi, Dari Stunting Hingga Kematian
Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen tahun 2024.
Maka setiap tahun, perlu terjadi penurunan kasus stunting sekitar 3 persen.