Tiga Dampak Negatif Perkembangan Anak Selama Pandemi
Pembatasan sosial atau social distancing di masa pandemi Covid-19 memiliki dampak negatif pada perkembangan anak.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener mengatakan pembatasan sosial atau social distancing di masa pandemi Covid-19 memiliki dampak negatif pada perkembangan anak.
Pertama, perkembangan bahasa dan kognitif. Kedua, perkembangan motorik dan sensorik. Ketiga, perkembangan sosial emosional.
Ia menuturkan, banyak studi menyatakan mayoritas anak selama pandemi mengalami speech delay atau keterlambatan berbicara.
"Bahkan ada anak yang kata pertamanya bukan mama, papa, ibu, atau bapak lagi, tapi masker," ujarnya dalam kegiatan virtual beberapa waktu lalu.
Baca juga: Maia Estianty, El dan Dul Bakal Satu Panggung di Konser Persembahan Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia
Baca juga: 15 Ribu Orang di DKI Meninggal Akibat Covid, 1.477 Karena Omicron hingga Pentingnya Vaksin Booster
Kedua, perkembangan motorik dan sensorik.
Anak-anak harusnya lari-lari, lompat-lompat, bermain di luar rumah atau di sekolah.
Artinya anak bisa distimulasi.
"Saat pandemi semua hilang enggak ada. Jadi ada keterlambatan perkembangan motorik dan sensorik dari sini," imbuhnya
Terakhir, terkait perkembangan sosial dan emosional.
Anak-anak tidak bisa main dan bersosialisasi terutama anak usia 3 tahun ke atas.
"Bahwa ketika ketemu orang kayaknya Ketemu langsung ada keanehan sosial yang merasa cemas, jadi akward malu. Mereka Butuh waktu lebih lama untuk bisa observasi lagi," kata Samantha.
Baca juga: Lapor Covid-19 Berikan Empat Masukan Pada Pemerintah Terkait Dilaksanakannya Kembali PTM
Penggunaan gadget berlebihan di masa pandemi ini berpengaruh terhadap tiga aspek perkembangan anak.
"Anak tidak distimulasi dengan tepat bahasanya jadi bahasanya terlambat. Tidak di stimulasi sensorik nanti ada masalah sensoriknya. Tidak distimulasi sosial anaknya lebih mudah individualistik ego konsentris, kemudian sulit untuk menjalin interaksi sosial, lebih cepat bosan, serta sering mengalami tantrum," kata dia.
Padahal sebagai orang tua penting tetap terus mestimulasi, guna perkembangan dan pertumbuhan anak ini bisa optimal tercapai.
Caranya dengan membacakan buku cerita bergambar, mengasah kreativitas dengan melukis, maupun bermain peran sesuai imajinasi misalnya bermain sebagai dokter atau guru.