Ada Balita Punya Kebiasaan Makan Kertas Sandal hingga Styrofoam, Ini Pandangan Dokter Soal Itu
Balita berinisial (GI) berusia tiga tahun asal Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, punya kebiasaan aneh. Ia suka makan kertas dan sandal.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Balita berinisial (GI) berusia tiga tahun asal Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, punya kebiasaan aneh.
Ia punya kebiasaan memakan kertas sejak masih berusia satu tahun. Anehnya, anak itu tak mengalami gangguan pencernaan.
Orangtuanya mengatakan benda-benda tak lazim yang ditelan oleh GI keluar saat anaknya buang air besar. Tak hanya kertas, namun juga sandal, kerikil dan styrofoam.
Dari sisi kesehatan, Dokter Umum dr Yeni Wulandari menyebutkan jika kejadian ini terhitung sebagai gangguan makan pica.
Baca juga: 10 Manfaat Alpukat bagi Kesehatan: Perbaiki Pencernaan hingga Kurangi Risiko Depresi
Baca juga: Selama Gelombang Omicron, Kementerian Kesehatan Catat 256 Balita Meninggal karena Covid-19
"Merupakan salah satu jenis gangguan makan dimana pasien tahu seseorang itu hanya mau makan yang tidak bergizi atau tidak baik bagi kesehatan," ungkapnya saat diwawancarai Tribunnews, Kamis (24/3/2022).
Gangguan ini bisa terjadi pada anak, ibu hamil atau masyarakat biasa. Namun gangguan ini paling sering pada anak.
Baca juga: 5 Manfaat Buah Nangka untuk Kesehatan: Turunkan Kadar Kolesterol hingga Menjaga Kesehatan Pencernaan
Penyebabnya pun beragam. Bisa disebabkan karena faktor psikologis, mal nutrisi, anemia defesiensi zat besi atau seperti kekurangan zat besi.
Jika terus dibiarkan, menurut dr Yeni gangguan makan Pica dapat berpengaruh bagi kesehatan. Khususnya pada alat pencernaan.
"Tentu saja pengaruh bagi kesehatan paling banyak di pencernaan. Seperti perut kembung, mual, muntah. Tentu saja bisa menyebabkan gangguan psikologi anak dan masalah kesehatan lainnya," kata dr Yeni menambahkan.
Selain itu akibat dari gangguan pica ini anak bisa mengalami anemia, tubuh menjadi sangat kurus dan kurang gizi.
Pada anak-anak atau perempuan hamil gangguan makan bersifat sementara.
Biasanya tanpa melakukan pengobatan, gangguan makan ini dapat hilang dengan sendirinya. Namun ada juga beberapa situasi yang harus ditangani langsung oleh tenaga medis.
"Kecuali jika sudah ada defesiensi zat besi, maka kita harus tambahkan zat besi pada setiap makanan yag diberikan. Kebiasaan memakan kertas ini termauk abnormal," tegasnya.
Terkait penanganan akan diberikan pula rehabilitasi setelah melakukan konsultasi dengan dokter. Selain itu gangguan ini bisa diperbaiki dengan memenuhi kekurangan zat gizi zat besi.
"Misalnya mengonsumsi sayur bayam yang kaya akan zat besi. Jika zat gizi terpenuhi, pasien akan normal kembali," pungkas dr Yeni.