Stigma Jadi Tantangan dalam Penanganan Obesitas
WHO mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Obesitas adalah kondisi yang kompleks, yang memiliki dampak sosial dan psikologis yang serius yang ditemui di semua usia dan kelompok sosial-ekonomi dan dipandang sebagai ancaman baik di negara maju maupun berkembang.
Usaha harus ditingkatkan, baik nasional maupun global, untuk mencegah kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan keluarga mereka untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan ekonomi, memperhatikan siklus generasi dan meningkatkan kualitas kehidupan.
"Untuk itu perlu menjadikan obesitas sebagai prioritas kesehatan nasional. Ini memerlukan keterlibatan semua pihak," kata Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD. saat webinar daring bertema Obesitas, Bukan Soal Tak Pantas belum lama ini.
Baca juga: Obesitas dapat Mempercepat Proses Penuaan
Obesitas, kata Dicky telah menjadi epidemi global.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.
Stigma obesitas juga memberikan tantangan tersediri dalam penanganan obesitas.
Baca juga: Obesitas Picu Penyakit Berbahaya, Apakah Menurunkan Berat Badan Secara Instan Aman?
"Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya," kata Dicky Levenus Tahapary
Adanya stigma ini, kata dia berbahaya dan harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit dan tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.
“Obesitas tidak hanya masalah estetika, tetapi juga berkenaan dengan masalah kesehatan yang serius. Orang yang hidup dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit kronis lainnya,” kata Dicky.
Praktisi kesehatan menggunakan BMI (body mass index atau indeks masa tubuh (IMT)) sebagai metode skrining, dan diagnosis klinis obesitas didasarkan pada kelebihan lemak tubuh abnormal yang mengganggu kesehatan.
Baca juga: Manfaat Zumba untuk Kesehatan, Cegah Obesitas Si Pemicu Penyakit Jantung
“Untuk orang Indonesia, BMI pada tingkatan 25 termasuk kategori berat badan berlebih, dan BMI lebih dari 27 dinyatakan sebagai obesitas.
Kita juga dapat memanfaatkan lingkar pinggang untuk menilai risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan oleh obesitas. Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obesitas,” kata Dicky.
Untuk mencegah dan mengatasi obesitas, diet memegang peranan penting. Diet yang biasa dilakukan sebagai bagian usaha untuk menurunkan berat badan, biasanya berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.