RS Sulianti Saroso Ditunjuk Kemenkes Jadi Rujukan Penanganan Hepatitis Akut
Sedangkan Lead Scientist kasus hepatitis akut Hanifa Oswari mengatakan masyarakat harus waspada, namun jangan panik.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan(Kemenkes) bergerak cepat mengambil langkah-langkah strategis untuk mencegah penyebaran kasus hepatitis akut. Salah satunya dengan memperkuat fasilitas kesehatan.
"Penguatan faskes dengan adanya rumah sakit rujukan untuk penanganan kasus hepatitis akut yang berat seperti RSPI Sulianti Saroso.
Termasuk pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti terkait penyebab hepatitis akut berat ini," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi seperti dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat(6/5/2022).
Baca juga: Tanda dan Gejala Hepatitis Akut pada Anak-anak, Diare hingga Mata Menguning
Kementerian Kesehatan juga telah menunjuk Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia(UI) sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut.
Selain itu, Kementerian juga telah mengirimkan surat kewaspadaan kepada Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yakni Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Hal ini sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian infeksi hepatitis akut pada anak.
Baca juga: Hepatitis Akut pada Anak Di AS, Apakah Adenovirus Penyebabnya?
Harapannya setiap kasus yang memiliki gejala serupa dengan hepatitis akut misterius segera dilaporkan.
Sedangkan Lead Scientist kasus hepatitis akut Hanifa Oswari mengatakan masyarakat harus waspada, namun jangan panik.
"Kalau sakit, terutama ada gejala saluran cerna, seperti mual, muntah, diare, sakit perut dengan demam ringan, hati-hati ini bisa mengarah ke alergi berat," kata Hanifa.
Baca juga: Gejala dan Cara Cegah Hepatitis Akut Misterius: Cuci Tangan hingga Tidak Bergantian Alat Makan
Segera meminta pertolongan medis untuk mengetahui apakah perlu pemeriksaan lebih lanjut atau tidak.
Sehingga kita bisa menemukan kasus ini sedini mungkin, anak-anak bisa ditangani dengan baik.
"Kemenkes dan jajaran serta para ahli sudah dikerahkan untuk bisa memecahkan masalah ini bersama-sama," pungkas Hanifa.(Willy Widianto)