Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kemenkes Tingkatkan Deteksi Dini Penyakit Kardioserebrovaskular Mulai dari Sekolah

para murid akan diajarkan menggunakan tensi digital agar bisa mendeteksi dini diri sendiri dari penyakit obesitas, hipertensi, dan diabetes.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Kemenkes Tingkatkan Deteksi Dini Penyakit Kardioserebrovaskular Mulai dari Sekolah
Shutterstock
Ilustrasi. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya mengendalikan penyakit tidak menular di Indonesia, yang berfokus pada penyakit kardioserebrovaskular (seperti penyakit jantung terutama gagal jantung, stroke dan ginjal), penyakit kanker, dan penyakit paru kronis lainnya.  

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya mengendalikan penyakit tidak menular di Indonesia, yang berfokus pada penyakit kardioserebrovaskular (seperti penyakit jantung terutama gagal jantung, stroke dan ginjal), penyakit kanker, dan penyakit paru kronis lainnya. 

Nantinya, di sekolah para murid akan diajarkan untuk menggunakan tensi digital, sebagai upaya bisa mendeteksi dini diri sendiri dari tiga penyakit yaitu obesitas, hipertensi, dan diabetes.

"Deteksi dini penyakit kardiovaskular perlu dilakukan sejak remaja, program kami menargetkan usia 15 tahun ke atas. Nantinya, deteksi dini bisa dilakukan di sekolah," kata Kepala Sub Direktorat (Tim Kerja) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kemenkes RI, Theresia Sandra Diah Ratih MHA, dalam webinar 'Berdamai dengan Gagal Jantung', Selasa (31/5/2022).

Baca juga: Persoalan Gizi Anak Tak Hanya Stunting, Tapi Juga Obesitas Akibat Konsumsi Makanan Tak Terkontrol

Deteksi dini menjadi penting agar mengetahui kualitas seorang anak.

Semakin cepat diketahui penyakitnya maka semakin cepet ditangani dan angka keberlangsungan hidup semakin tinggi.

"Sayangnya, di masyarakat kita itu takut untuk tahu penyakit karena dianggap akan cepat meninggal. Padahal, dengan tahu lebih awal penyakit, intervensi yang dilakukan akan lebih optimal dan potensi sembuh total jauh lebih tinggi," terangnya

Tidak hanya di sekolah-sekolah, menurut dr.Sandra rencananya program ini juga akan digelar di perusahaan-perusahaan.

BERITA TERKAIT

Kemenkes mengimbau, setiap perusahaan setidaknya satu tahun sekali melakukan deteksi dini secara gratis kepada para karyawannya. 

"Bukan hanya sebagai bentuk kepedulian, tapi membangun kebiasaan yang baik agar kesehatan fisik dan mental terjaga," imbhunya.

Masyarakat umum juga bisa melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit jantung secara gratis di Pos Binaan Terpadu (Posbindu) yang dikoordinasikan melalui RT/RW setempat.

Misalnya penyakit gagal jantung

Penyakit ini menyedot biaya besar lantaran beragam pengobatan akan dijalani pasien dengan tujuan yang berbeda.

Seperti pengobatan bertujuan untuk mengurangi penumpukan cairan, mengurangi beban jantung, mendukung kerja jantung dan peredaran darah, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mengendalikan penyakit faktor risiko seperti diabetes, hipertensi dan lain sebagainya.

Juga tujuan lainnya adalah mencegah komplikasi dari gagal jantung seperti stroke, gangguan fungsi ginjal, dan gagal jantung lanjut yang akan menyebabkan disabilitas berat pada pasien dan keluarganya.

Baca juga: Waspadai Gejala Mudah Lelah, Bisa Jadi Penyakit Gagal Jantung

Selain mengonsumsi obat dengan teratur, pasien gagal jantung juga perlu mengurangi jumlah asupan minum, menerapkan pola hidup sehat guna mengendalikan penyakit penyerta yang dimiliki serta menjaga kerja jantung. Hal ini dapat membantu pasien memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. 

Ketidakpatuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan perawatan kembali di rumah sakit (rehospitalisasi), dan memperburuk kondisi gagal jantung.

Pola hidup yang harus diterapkan oleh pasien gagal jantung antara lain: rutin memantau berat badan; membatasi asupan cairan (900ml – 1,2liter/hari); program makan yang seimbang dan pengurangan berat badan pada pasien obesitas; serta melakukan latihan fisik.

Menyadari besarnya beban yang ditimbulkan dari penyakit gagal jantung, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement PT Novartis Indonesia Hanum Yahya,  memaparkan, gagal jantung adalah penyakit dengan beban yang sangat besar, baik bagi pasien, keluarga pasien, maupun negara. 

Beban tersebut tidak hanya secara ekonomi, yang sebagian besar berasal dari perawatan pasien di rumah sakit yang lama dan berulang, tetapi juga beban secara psikologis. 

"Sejalan dengan tujuan Novartis, reimagine medicine, kami berupaya memastikan akses obat-obatan inovatif kami dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia, guna memberikan kualitas hidup yang lebih baik kepada para pasien," ujar Hanum Yahya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas