Syarat Jika Ganja Digunakan untuk Medis, Perlu Riset Sebelum Dipakai Sebagai Alat Terapi atau Obat
Wacana ganja untuk medis belakangan ramai dibicarakan. Kalau memang dilegalkan, ternyata harus ada syaratnya.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Wacana ganja untuk medis belakangan ramai dibicarakan. Kalau memang dilegalkan, ternyata harus ada syaratnya.
Apa syarat penggunaan ganja untuk medis? Simak ulasan ahli.
Baca juga: Wacana Ganja untuk Medis, Legislator PDIP: Jangan Latah Tapi Sikapi dengan Kehati-hatian
Ganja untuk medis sebenarnya bukan hal baru karena dalam sejarah, ganja digunakan sebagai obat nyeri 5000 tahun lalu.
Ya, ganja dianggap bisa mengurangi beberapa gejala dari gangguan kesehatan. Misalnya rasa nyeri, mual dan sebagainya.
Namun menurut pakar Epidemiologi Griffith University dan juga seorang tenaga kesehatan, Dicky Budiman bahwa riset penggunaan ganja dalam konteks untuk terapi atau pengobatan ini masih sangat terbatas.
Baca juga: Ramai Ganja untuk Medis, Wapres Maruf Amin Minta MUI Keluarkan Fatwa Agar Tak Munculkan Kemudaratan
"Bicara satu komponen, maupun tumbuhan sebagai obat harus dari riset. Keterbatasan itu lah yang dimiliki oleh produk ganja ini.
Apa lagi bicara riset, harus yang berstandar tinggi," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (29/6/2022).
Baca juga: KATA Pakar Hukum Pidana soal Ganja Legal untuk Kepentingan Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan
Dicky menyebutkan jika ada syarat wajib untuk menghasilkan keputusan obat.
Apakah bisa digunakan dan dapat memberi mamfaat atau tidak.
Riset ganja terkait hal ini masih kurang.
Baca juga: Viral Ibu Suarakan Ganja Medis untuk Anaknya yang Derita Cerebral Palsy, DPR Sebut akan Mengkajinya
Selain itu kekurangan riset lainnya adalah yang berkaitan dengan efek samping.
Sehingga menetapkan ganja sebagai terapi harus melalui beberapa tahapan.
Lebih lanjut, Dicky menyebutkan jika terapi harus melalui tahapan Randomized controlled trial (RCT). Lalu, melakukan riset terkait dampak apa yang timbul jika seseorang mendapatkan terapi ini.
"Selain itu, bicara satu produk selalu melihat aspek manfaat dan risiko dan menjadi pertimbangan. Bagaimana dilihat bagaimana risikonya," papar Dicky lagi.