Dokter Spesialis Paru Ungkap Dampak Buruk Saluran Pernafasan Jika Hirup Udara Kotor Penuh Polutan
dr. Erlina Burhan. Sp.P(K)., mengatakan bahwa kualitas udara yang buruk dan kotor tentunya akan berdampak buruk pada kesehatan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat di dunia.
Kepadatan warganya inilah yang membuat negara ini berpotensi menimbulkan polusi udara.
Seperti yang terjadi di ibu kota Jakarta dan sekitarnya yang disebut memiliki kualitas udara
Lalu bagaimana dengan tanggapan ahli medis terkait temuan ini?
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Erlina Burhan. Sp.P(K)., mengatakan bahwa kualitas udara yang buruk dan kotor tentunya akan berdampak buruk pada kesehatan sistem pernafasan manusia yang menghirupnya.
Bahkan dapat menimbulkan iritasi mukosa saluran pernafasan serta membuat mereka yang menghirupnya berisiko terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
"Udara yang kotor penuh polutan akan mengganggu kesehatan sistem pernafasan. Bila dihirup dalam waktu lama, bisa mengiritasi mukosa saluran nafas, mudah terjadi ISPA dan gangguan fungsi paru lainnya," kata dr. Erlina, dalam pesan singkatnya kepada Tribunnews, Minggu (3/7/2022).
Menurutnya, masyarakat perlu mendapatkan edukasi menyeluruh terkait pentingnya kesehatan lingkungan dan kebersihan udara.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Ingatkan Bahayanya Mikroplastik, Dapat Menimbulkan Polusi yang Beracun
Karena polusi udara ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh, baik dalam jangka pendek hingga jangka panjang.
"Edukasi yang massive tentang kesehatan lingkungan dan kebersihan udara serta kesehatan respirasi (perlu dilakukan). (Karena) sebagian polutan dapat merangsang batuk dan meningkatkan serangan asma," tegas dr. Erlina.
Oleh karena itu, ia pun mengimbau masyarakat untuk selalu mengenakan masker jika mengetahui bahwa kualitas udara di wilayahnya sedang buruk.
Menurutnya, jika tidak ada kegiatan penting di luar rumah, lebih baik tetap berada di dalam rumah untuk mengurangi risiko terpapar polusi udara.
"Bila kualitas udara sedang buruk, masyarakat harus memakai masker, atau menghindari keluar rumah," jelas dr. Erlina.